Categories
Kabar Perlawanan

Surat Terbuka untuk Raja Willem-Alexander: Benarkah Tiga Bersaudara Muller Merupakan Kerabat Keluarga Kerajaan Belanda?

Trimurti.id, Bandung- Sengketa lahan dan ancaman penggusuran di Dago Elos, Bandung, memasuki babak baru.

Warga Dago Elos menemukan keganjilan pada keterangan yang diberikan oleh lawan sengketa mereka, tiga bersaudara Muller, yang mengaku mewarisi lahan Dago Elos berdasarkan tiga akta Eigendom Verponding jaman Hindia Belanda. Mencurigai lawan sengketanya berbohong di depan pengadilan, pada 14 Agustus dan 29 Agustus 2023 warga Dago Elos datang melapor ke polisi.

Laporan warga tersebut rupanya menarik perhatian peneliti agraria Hilma Safitri, yang tergerak untuk mengirimkan surat terbuka untuk Raja Belanda Willem-Alexander. Surat tersebut dimuat di Bandung Bergerak pada Rabu, 30 Agustus 2023. Dengan seijin penulis dan Bandung Bergerak, Trimurti.id memuatnya kembali di sini. Selamat membaca.

Bandung, 28 Agustus 2023

Yang Mulia Raja Willem-Alexander

Noordeinde Palace, Postbus 30412, 2500 GK Den Haag, The Netherlands

 

Dengan hormat,

Semoga gelombang panas yang melanda sebagian wilayah Eropa segera berlalu dan matahari menganugerahkan kehangatan yang wajar bagi segenap rakyat Kerajaan Belanda.

Yang Mulia,

Nama saya Hilma Safitri, seorang warga negara Republik Indonesia. Beberapa tahun yang lalu saya berkesempatan menempuh pendidikan di Belanda, dan sampai sekarang saya menganggap masa itu sebagai salah satu bagian terbaik dari hidup saya.

Dalam beberapa hari ini saya dengan prihatin mengikuti berita tentang sengketa lahan antara sekitar 300 keluarga yang tinggal di Dago Elos, Bandung dengan tiga warga Indonesia, yakni: Heri Hermawan Muller, Dodi Rustendi Muller, dan Pipin Sandepi Muller, dan sebuah perusahaan swasta, PT Dago Inti Graha. Tiga bersaudara Muller mengaku mewarisi garis kekerabatan ini dari ayah mereka, Edi Eduard Muller, yang mereka klaim sebagai ahli waris George Hendrik Muller, ahli waris George Hendrikus Wilhelmus Muller.

Nama yang disebutkan terakhir mereka yakini, dan disebutkan dalam salah satu dokumen yang disajikan di pengadilan, sebagai “orang Belanda kerabat dari Ratu Wilhelmina yang ditugaskan di Indonesia.”

Bagi saya, pernyataan tersebut tidak terdengar meyakinkan. Saya bahkan curiga bahwa mereka membuat pernyataan yang tidak benar, sengaja mengaitkan diri dengan Keluarga Kerajaan Belanda untuk mengambil berbagai keuntungan termasuk keuntungan ekonomi.

Melalui surat ini saya hendak menarik perhatian Yang Mulia, sekaligus mengajukan dua pertanyaan. Pertama, benarkah keluarga Muller berkerabat dengan keluarga Kerajaan Belanda? Kedua, benarkah Ratu Wilhelmina pernah menugaskan George Hendrikus Wilhelmus Muller?

Sekali lagi, berdasarkan berita yang saya ikuti tentang sengketa di Dago Elos, warga Dago Elos dan Tim Hukum mereka sebenarnya telah melakukan penelusuran tentang kebenaran klaim keluarga Muller, dan mereka menemukan bahwa George Hendrikus Wilhelmus Muller, lahir di Salatiga pada 1842, memang pernah hidup di Indonesia. Namun demikian, tidak ada bukti bahwa dia merupakan kerabat keluarga Kerajaan Belanda.

Beberapa informasi memperlihatkan George Hendrikus Wilhelmus Muller setidaknya sejak 1904 pernah bekerja sebagai administratur di perkebunan swasta Sindangwangi, di wilayah (waktu itu) Preanger. Namun, sumber ini tidaklah serta-merta mengatakan bahwa dia ditugaskan di Indonesia (Hindia Belanda waktu itu) oleh Ratu Wilhelmina. Lagipula tidak ditemukan bukti sejarah yang mendukung pernyataan tersebut.

Yang Mulia,

Saat menulis surat ini saya teringat akan pernyataan Yang Mulia Raja pada Juli 2023 lalu, yang mengakui dan meminta maaf atas keterlibatan Belanda dalam perdagangan budak di koloni Kerajaan Belanda pada abad lalu. Saya juga sungguh menaruh hormat atas keputusan pemerintah Belanda untuk mengembalikan 1500 artefak bersejarah ke Indonesia.

Dengan segala hormat saya memohon Yang Mulia untuk sekali lagi menunjukkan kebesaran hati dan kebijaksanaannya untuk mengungkap kebenaran sejarah. Tanggapan Yang Mulia atas dua pertanyaan di atas saya kira sangat dinanti oleh segenap keluarga di Dago Elos, yang saat ini terancam tergusur dari kampung yang telah mereka huni selama bertahun-tahun.

Salam,

 

Hilma Safitri

Peneliti Senior di Agrarian Resources Center, Bandung. Pernah menempuh pendidikan di ISS-Erasmus University di Roterdam, Belanda  (2010-2012).

Baca Juga: Dago Elos dan Teka-teki tentang Keluarga Muller