Trimurti.id, Jakarta – Pada 10 Oktober 2023 dini hari, ratusan warga Dago Elos yang tergabung dalam Forum Dago Melawan dan tim kuasa hukum melakukan perjalanan dari Bandung menuju Jakarta. Para warga memutuskan meninggalkan rumah, keluarga, dan pekerjaan untuk menggeruduk lembaga dan instansi negara di Jakarta. Guna menagih tanggung jawab negara terkait masalah ancaman penggusuran yang hadir mengancam nasib kehidupan mereka.
Terlebih pasca Trio Muller Bersaudara (Heri Hermawan Muller, Dodi Rustendi Muller, dan Pipin Sandepi Muller) serta PT Dago Inti Graha menggugat mereka di pengadilan dan mengklaim lahan seluas 6,9 hektar merupakan milik mereka dengan hanya berbekal dokumen Eigendom Verponding (Surat tanah era kolonial Belanda).
Rentetan peristiwa buruk pun telah dialami warga Dago Elos. Mulai dari aksi tipu-tipu Trio Muller bersaudara, hingga aksi pengepungan dan tindakan kekerasan aparat kepolisian pada malam 14 Agustus 2023.
Dari pantauan Trimurti.id di lapangan, pada pukul 04.00 dini hari rombongan bus warga Dago Elos dan tim kuasa hukum sudah menepi di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta. Hanya sempat beberapa jam beristirahat, warga Dago Elos dan tim kuasa hukum menggelar konferensi pers pada pukul 10.00 WIB di halaman kantor YLBHI untuk mengutarakan maksud dan tujuan mereka bertandang ke ibu kota Jakarta.
Usai konferensi pers, dua bus yang mengangkut rombongan warga Dago Elos dan Tim Kuasa Hukum lalu bertolak menuju kantor kedutaan Besar Belanda untuk mengantarkan surat terbuka untuk Raja Willem-Alexander. Setibanya di depan kantor Kedubes Belanda, warga Dago Elos melakukan aksi dan menyampaikan keresahan mereka di hadapan pengguna jalan.
Tak berselang lama, salah seorang perempuan dari perwakilan Kedubes Belanda datang menemui warga Dago Elos dan tim kuasa hukum. Perempuan itu kemudian mempersilahkan Ristia Gustania (perwakilan warga) dan Deti Sopandi (perwakilan tim kuasa hukum) masuk ke dalam kantor Kedubes Belanda, keduanya lalu memberikan surat terbuka yang ditulis oleh Hilma Safitri, peneliti Agrarian Resource Center (ARC) yang pernah menempuh pendidikan di ISS- Erasmus University di Rotterdam, Belanda kepada perempuan tersebut.
Ristia sangat sumringah saat surat terbuka untuk Raja Willem-Alexander diterima sangat baik oleh salah seorang perempuan dari perwakilan Kedubes Belanda untuk Republik Indonesia. “Saya berharap surat itu dibuka dan dibaca oleh Raja Belanda,”tuturnya.
Adapun tujuan lain dari pengantaran surat terbuka ini tak lain mempertanyakan klaim trio Muller bersaudara yang mengaku bahwa kakek buyutnya merupakan kerabat Ratu Wilhelmina.
Surat terbuka sudah diserahkan ke Kantor Kedutaan Besar Belanda, rombongan warga Dago Elos dan tim kuasa hukum melanjutkan lawatannya ke kantor Komnas HAM dan Kantor Komnas Perempuan dan Anak untuk mendorong kedua lembaga itu menindaklanjuti laporan yang pernah dilayangkan warga terkait aksi pengepungan dan tindakan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian pada malam 14 Agustus silam.
Beberapa perwakilan warga Dago Elos dan tim kuasa hukum lalu bertemu dengan perwakilan dari Komnas HAM serta Komnas Perempuan dan Anak. Tuti, salah seorang perwakilan warga, mengungkapkan bahwa aksi pengepungan dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian membuat perempuan (khususnya para ibu) dan anak turut menjadi korban.
“Kami datang ke sini untuk melaporkan (baca: aparat) polisi atas peristiwa malam 14 Agustus,” ujar Tuti.
Setali tiga uang dengan itu, Komnas Perempuan dan Anak langsung merespons laporan warga Dago Elos dan berjanji segera akan melakukan tindakan. “Terkait kejadian 14 Agustus 2023, kami merekomendasikan untuk lapor ke Propam. Kami pun berjanji akan menindak lanjuti terkhusus kekerasan aparat pada 14 Agustus 2023.”
Pada waktu yang sama, tim kuasa hukum menemui Komnas HAM guna membahas sengkarut konflik agraria yang berlangsung di Dago Elos. Dalam pertemuan itu, Komnas HAM juga mengeluarkan pernyataan tentang peristiwa pada malam 14 Agustus silam, “Kami sudah menghubungi Polda Jabar perihal gas air mata, hasilnya Polda akan menyelidiki, dan kami menyoroti ada indikasi mafia tanah di Dago Elos,”
Sesudah melakukan pelaporan di Komnas HAM serta Komnas Perempuan dan Anak. Rombongan warga Dago Elos dan tim kuasa hukum kembali ke kantor YLBHI dan beristirahat.
Pada malam harinya, diskusi bertajuk “Stop Penggusuran” yang dipantik oleh Furqon (Kampung Bayam), Santi (Pancoran), Angga (Dago Elos), dan Lenny (Kampung Bulak) menjadi pengerat solidaritas warga berbagai titik konflik di tengah kontestasi pemilu 2024 yang sedang riuh-riuhnya. Diskusi “Stop Penggusuran” menggenapi suasana malam yang cukup panas dan pengap di Jakarta.
***
Mentari pagi menyongsong Jakarta yang merupakan salah satu kota tersibuk di dunia. Terlihat lalu-lalang pekerja menaiki transportasi publik, persinggahan lampu lalu lintas yang tiada henti berganti warna maupun bunyi klakson yang saling bersahut-sahutan.
Di tengah sibuknya Jakarta menjamu jutaan pekerja dengan janji-janji kesejahteraannya. Warga Dago Elos dan tim kuasa hukum tengah bersiap untuk menggeruduk tiga instansi dan lembaga negara sekaligus, yaitu Mabes Polri, Komisi Kepolisian Nasional, dan Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional RI pada Rabu, 11 Oktober 2023.
Rute pertama yang didatangi oleh rombongan warga Dago Elos dan tim kuasa hukum adalah kantor pusat Mabes Polri. Kedatangan mereka ke Mabes Polri untuk mendorong Polri melalui Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) guna melakukan pemeriksaan terhadap anggota Polrestabes Kota Bandung dan Polda Jawa Barat yang melakukan tindakan kekerasan kepada warga pada 14 Agustus 2023, dan melaksanakan proses hukum apabila terdapat unsur tindak pidana.
Sesampainya di kantor pusat Mabes Polri, perwakilan warga dan tim kuasa hukum bertemu dengan divisi Profesi dan Pengamanan (Propam). Sementara warga yang tidak ikut pelaporan; sambil menunggu mereka melakukan aksi di depan kantor pusat Mabes Polri.
Tak berselang lama, pertemuan yang alot itu membuahkan hasil. Pihak Mabes Polri mengeluarkan pernyataan bahwa pengaduan warga terkait aksi pengepungan dan tindakan kekerasan aparat kepolisian bagian Bandung sudah diterima dan akan segera diproses selama 20 hari kerja.
Rombongan warga Dago Elos dan Tim Kuasa Hukum tak sendiri. Warga Pancoran Jakarta yang menyambut rombongan di Mabes Polri lantas mengikuti rombongan melakukan long march menuju kantor Komisi Kepolisian Nasional Republik Indonesia (Kompolnas) yang berjarak kurang lebih 900 meter.
Agenda geruduk Kompolnas dilakukan untuk mendesak pihak Kompolnas agar segera melakukan investigasi dan meminta keterangan atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota Polrestabes Bandung dan Polda Jawa Barat kepada warga Dago Elos pada malam 14 Agustus 2023.
Setibanya di Kompolnas, Warga Dago Elos (Bandung) dan Warga Pancoran (Jakarta) melakukan aksi dan meminta pihak Kompolnas menemui massa aksi. Pihak Kompolnas pun mau menemui beberapa perwakilan warga Dago Elos dan tim kuasa hukum.
Singkat cerita, pertemuan itu selesai dan pihak Kompolnas menyatakan pihaknya berjanji secepatnya akan menindaklanjuti ketidakprofesionalan aparat kepolisian bagian Bandung dalam memproses aduan warga terkait dugaan penipuan yang dilakukan trio Muller bersaudara.
Pada rute akhir, rombongan massa aksi menyambangi kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) untuk mendesak pihak kementerian mengusut penolakan permintaan sertifikasi tanah Dago Elos yang tidak digubris oleh kantor Pertanahan ATR/BPN kota Bandung sejak tahun 1988.
Tak hanya itu, warga Dago Elos dan tim kuasa hukum mendesak pihak kementerian untuk segera membentuk tim satgas khusus anti mafia tanah dan melakukan investigasi atas dugaan mafia tanah yang dilakukan oleh trio Muller bersaudara dan PT Dago Inti Graha.
Dalam pertemuan itu perwakilan warga dan tim kuasa hukum menyampaikan bukti dan temuan-temuan lapangan kepada kementerian ATR/BPN. Pihak kementerian yang diketahui sudah melakukan riset terhadap kasus sengketa lahan di Dago Elos menemukan indikasi-indikasi dugaan praktik mafia tanah.
Pada akhir pertemuan, pihak kementerian ATR/BPN mengeluarkan pernyataan bahwa kasus Dago Elos akan menjadi perhatian khusus tersendiri dan pihaknya akan mendatangi satgas mafia tanah Polda Jabar guna mempercepat proses penyidikan terkait dugaan praktik mafia tanah di Dago Elos.
Lawatan rombongan warga Dago Elos ke Kementerian ATR/BPN menutup aksi geruduk Jakarta pada hari kedua.
***
Cuaca Jakarta memang sudah panas sejak dahulu. Banyak yang bilang cuaca Jakarta memanas sejak tahun 1965. Tapi entahlah tiada yang tahu pasti soal hal tersebut. Namun yang pasti Jakarta memang selalu panas oleh iklim politik nasional. Bahkan setiap tahunnya orang-orang berbondong ke Jakarta untuk memoles karir politiknya, maka tak heran bila kita selalu melihat Jakarta selalu dipermak sedemikian rupa menjadi mercusuar Indonesia agar orang tergoda akan pesonanya.
Pada 12 Oktober 2023, meski Jakarta terasa sangat panas, sayup-sayup semilir angin cukup memberi sedikit kesejukan untuk para warga Dago Elos yang tengah berada di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).
Pagi itu, di tengah sayup-sayup semilir angin, tiada yang menyangka bahwa warga Dago Elos dan Tim Kuasa Hukum dapat berkesempatan untuk mendatangi Kantor Staf Presiden RI. Mungkin untuk pertama kali, warga Dago Elos melihat secara langsung bagaimana orang nomor satu RI bekerja melalui bawahannya.
Pada siang harinya, pertemuan pun berlangsung di kantor Staf Presiden RI. Beberapa perwakilan warga Dago Elos dan tim kuasa hukum bertemu dengan Yanuar Nugroho selaku Deputi 2 staf kepresidenan RI. Banyak hal yang mereka bicara dengan Yanuar terkait persoalan sengketa lahan di Dago Elos. Rupanya kantor staf presiden merespons baik keresahan warga Dago Elos.
Di penghujung pertemuan, kantor staf presiden RI menyatakan bahwa pihaknya menindaklanjuti laporan warga untuk segera melakukan koordinasi dan monitoring kepada instansi dan lembaga negara terkait konflik lahan di Dago Elos. Artinya, laporan warga Dago Elos tak selalu terbengkalai di meja kerja para pengurus publik dan memang seperti seharusnya mereka melakukan pekerjaannya: mengabdi kepada rakyat!
Teks: Thomas Manuputty
Foto: Althaf
Editor: Anita Lesmana