Trimurti.id – Sejak sore, anak-anak muda itu terlihat menggerombol di lorong samping sebuah bangunan kantor biasa yang tidak tampak mencolok di tengah Kota Bandung. Ingin sedikit bersenang-senang menyambut pergantian tahun, mereka urunan uang sekadarnya untuk membeli kudapan, minuman, bumbu dapur, dan bahan makanan.
Malam sudah terlalu larut sebenarnya saat nasi berbumbu, sayur kangkung, dan ikan bakar siap disajikan. Agak terlambat, tapi hal itu rupanya tak jadi masalah bagi mereka. Wajah mereka tampak riang.
Sesudah makan malam, mereka kembali asyik bercengkerama. Duduk mengelilingi meja panjang berkaki rendah, yang dipenuhi cangkir kopi, keripik murahan, dan beberapa bungkus rokok aneka merek tanpa pita cukai, yang diperjualbelikan secara sembunyi-sembunyi. Sesekali mereka saling ejek dan tertawa-tawa, sambil membicarakan tentang apa saja. Dari gunjingan politik, sampai soal pergaulan, hingga persoalan hidup sehari-hari, dan kesulitan mencari pekerjaan.
Anak-anak muda sebaya ini tengah memasuki masa dewasa awal. Sebagian besar adalah lajang atau baru menikah. Terdiri atas penganggur penuh-waktu, setengah penganggur, memang bukan penganggur tapi kerja serabutan atau terpaksa mengambil pekerjaan yang menyebalkan, atau bekerja agak tetap sebagai tukang seduh di sebuah coffee shop, montir bengkel kabel listrik, dan pekerja kantoran.
Dari tampang dan penampilannya saja sudah jelas mereka adalah orang-orang biasa. Berasal dari keluarga kelas pekerja biasa. Kantongnya jelas tipis dan hampir mustahil punya tabungan apalagi melimpah. Namun sebagai orang biasa mereka harus tetap patut dipuji. Sekurang-kurangnya mereka mampu melampaui 2024, tahun yang tidak terlalu mudah untuk dijalani. Maka, mereka berhak pula untuk melupakan kesusahan barang sejenak dan bergembira ria menyambut kedatangan tahun baru 2025.
**
Sepanjang 2024, pemilihan umum (pemilu tentu) harus disebut sebagai kejadian politik terpenting. Tahun lalu rakyat diminta datang dua kali ke bilik pemungutan suara—untuk memilih wakil rakyat dan presiden, lalu untuk memilih kepala daerah. Seluruh rangkaian upacara politik ini makan biaya. Sudah menjadi tugas negara untuk mengongkosi penyelenggaraannya. Sementara, partai politik dan politisi juga membelanjakan uang untuk mengepung rakyat dengan spanduk dan papan iklan, berisi program-program yang dijanjikan.
Di lapangan politik, bagian yang paling ditunggu-tunggu tentunya adalah pemilihan presiden (pilpres). Menurut banyak orang, dibandingkan dua pilpres sebelumnya, Pilpres 2024 berlangsung cukup damai. Akan tetapi seluruh prosesnya ternyata makan waktu hingga berbulan-bulan. Sesudah hari pencoblosan bulan Februari, rakyat menunggu hingga delapan bulan lamanya hingga Prabowo Subianto mengucap sumpah jabatan di Gedung Nusantara, kompleks parlemen Senayan, 20 Oktober 2024. Sesudahnya, presiden terpilih membentuk kabinet gendut dengan 48 kementerian, yang akan membutuhkan waktu banyak hanya untuk mengatur dirinya sendiri.
Sepanjang rangkaian kejadian-kejadian politik itulah, nilai rupiah (terhadap dolar Amerika Serikat) berayun-ayun seperti yoyo. Terus melemah sepanjang Januari—Juni, bangkit untuk kurun tiga bulan, tapi kembali tersungkur sejak September 2024.
Grafik Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) Sepanjang 2024.
Sumber: exchange-rates.org
Pengamat ekonomi umumnya berkomentar, biang keladi anjloknya rupiah adalah karena modal asing meninggalkan Indonesia, untuk parkir di tempat yang lebih memberikan keuntungan, dan entah kapan tertarik untuk kembali ke sini. Dalam enam bulan pertama 2024 saja, modal asing yang hengkang meninggalkan Bursa Efek Jakarta mencapai Rp7,72 triliun.
Dampak yang terduga dari anjloknya rupiah dan membumbungnya harga dolar AS adalah biaya impor menjadi mahal. Padahal, ada berbagai cabang industri di dalam negeri yang sangat bergantung pada bahan baku impor. Karena dolar sedang mahal, pengusaha menghentikan produksi, entah akibat merugi atau sekedar karena keuntungannya menipis.
Berikutnya, sepanjang tahun media bolak-balik memuat berita tentang pengurangan atau malah penghentian produksi di pabrik-pabrik tekstil. Berita buruk terbesar justru terbit tidak lama sesudah Prabowo menggembleng para menteri yang baru terpilih di Akademi Militer, Magelang. PT Sri Rejeki Isman (Sritex), yang mempekerjakan ribuan buruh, dinyatakan pailit. Perusahaan legendaris ini tersungkur karena terlilit hutang dan tidak sanggup membayar pemasok bahan baku.
Berikutnya, pengusaha tekstil mengadu ke pemerintah, mengeluhkan membanjirnya produk-produk impor. Rasanya, tak ada satu pun di antara mereka yang mengusulkan penguatan industri (logam dan kimia) dasar untuk mengatasi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Cerita dari industri tekstil dapat dengan cepat dan mudah dipindahkan ke industri lainnya. Sudah lama diketahui, semua perusahaan roti dan mi instan—bahkan perusahaan dengan jenama paling terkenal—sangat bergantung pada gandum impor. Penopang utama industri tahu, tempe, kecap, dan sejenisnya, adalah kedelai impor. Industri pakan ternak, sama saja. Demikian pula dengan industri farmasi, yang memasok obat warungan untuk rakyat banyak. Membangun gedung, jembatan, bendungan, semuanya membutuhkan besi impor.
Tabel Pengurangan Buruh di Pabrik Tekstil sepanjang 2024
Diolah dari berbagai sumber
**
Sementara para ekonom dan komentator sibuk memelototi semua gerak-gerik indikator ekonomi, orang kebanyakan sedang berjibaku dengan kesulitan hidup sehari-hari. Perundingan upah antara buruh-majikan-pemerintah dalam beberapa tahun terakhir memang menghasilkan kenaikan upah minimum buruh formal. Namun demikian, nilai nyata dari upah tak bergerak naik atau malah tergerus inflasi. Sialnya, harga barang kebutuhan sehari-hari terus naik.
Sejak Maret 2024, kemerosotan ekonomi semakin terlihat. Media mulai banyak menurunkan ulasan tentang merosotnya jumlah orang berpenghasilan menengah yang terpaksa hidup dari tabungan.
Artinya, yang dibahas adalah lapisan rakyat yang (sebelumnya) masih sanggup memupuk tabungan.
Lalu, bagaimana dengan buruh kebanyakan? Kaum buruh, tanpa susah payah diajari, sudah lama paham bahwa salah satu cara bertahan hidup adalah dengan berutang. Menunggak bayar ke pemilik rumah sewa dan warung makan sebelah nyatanya adalah pengalaman dari banyak orang. Lalu, kalau tak bisa berutang pada orang tua, mertua, dan teman (karena mereka miskin, kikir atau keduanya), maka serahkanlah lehermu ke rentenir alias lintah darat. Belakangan, orang mempelajari hal baru. Lintah darat, selain yang sering berkeliling di pemukiman buruh dan berbentuk manusia, ada pula yang beroperasi secara digital atau biasa disebut pinjol, pinjaman online.
Seberapa parah persoalan utang di kalangan buruh? Pertanyaan ini baru dijawab pada Oktober 2024, saat Koalisi Hidup Layak mengumumkan hasil penelitiannya. Temuan mereka kira-kira begini: banyak buruh (76% dari responden) terlilit utang, karena pendapatan yang kecil dan tak menentu sementara biaya hidup terus membumbung. Sambil membayar kembali utangnya, buruh terpaksa hidup sangat berhemat untuk memangkas pengeluaran (termasuk untuk kebutuhan pangan), dan memperpanjang jam kerja untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Begitulah. Habis berutang terbitlah tagihan. Untuk utang yang dibuat tahun ini, buruh akan membayarnya kembali dengan tenaga kerja yang diserahkan tahun depan. Di dunia pertanian, praktik itu namanya adalah ijon.
**
Apakah kesusahan ekonomi 2024 masih akan berlanjut tahun ini? Besar kemungkinan, iya. Lapangan kerja yang tahun lalu hilang, tak akan mudah untuk dipulihkan dengan segera. Mereka yang kesusahan mencari kerja di sini, mungkin akan menyelamatkan diri pergi ke luar negeri. Mungkin bekerja di kebun sawit di Malaysia, menjadi buruh bangunan di Timur Tengah, atau terperosok di industri judi dan penipuan daring lainnya di Myanmar atau Kamboja.
Pemerintah Indonesia saat ini sedang lintang pukang mencari tambahan untung menutup tekor anggaran 2025 melalui pajak, pengurangan dan penghapusan subsidi, dan (kembali) berutang. Mulai 1 Januari, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik menjadi 12%. Pertamina sudah menaikkan harga BBM nonsubsidi. Kita tunggu saja, dalam beberapa bulan ke depan mungkin tarif listrik, gas rumah tangga, dan/atau iuran BPJS Kesehatan juga akan naik.
Sementara keluarga buruh susah tidur karena disatroni tukang tagih utang, pemerintah sendiri akan kesusahan untuk membayar utang. Bulan yang mendebarkan akan terjadi pada semester kedua 2025. Utang yang akan jatuh tempo besarnya mencapai Rp800 triliun. Kira-kira, 26 kali Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jawa Barat tahun 2025.
Untuk mengatasi itu, sebagian surat utang Pemerintah Indonesia (Surat Berharga Negara, SBN) yang akan jatuh tempo itu akan dibeli oleh Bank Indonesia. Artinya, Bank Indonesia akan mencetak uang. Tak terhindarkan, upah buruh akan semakin tergerus oleh inflasi.
Besar kemungkinan pula, pemerintah akan terus menggenjot pemasukan dari sumber-sumber pendapatan lama. Antara lain, misalnya, ekspor batu bara, minyak sawit, logam ferro, dan gas bumi. Bisa diduga, akan terus berlangsung perluasan kebun sawit dan tambang-tambang batu bara dan nikel.
Beberapa masalah, sudah diduga, akan muncul pada saatnya. Semakin luas kebun sawit, semakin banyak pula pestisida yang harus dituang. Pestisida dirancang untuk membasmi serangga hama. Masalahnya, selain serangga, yang berkeliaran di kebun sawit adalah buruhnya itu sendiri. Pestisida memang ampuh membasmi hama, tapi juga berbahaya bagi manusia. Kalau standar keselamatan terus dilanggar, seperti yang sudah-sudah, kebakaran dan ledakan tungku akan terjadi di pabrik-pabrik pengolahan nikel di Morowali dan lokasi pertambangan besar lainnya di Indonesia Timur.
**
Mengikuti nalar awam, ketika ekonomi melandai dan peluang kerja semakin mengering, saat itulah daya tawar buruh dan serikat buruh terancam melemah. Jika krisis ekonomi datang mendekat, hal yang dapat dilakukan orang adalah tetap bertahan hidup. Serikat buruh barangkali akan ditantang untuk mengembangkan berbagai cara tolong-menolong antaranggota. Barangkali, justru di masa krisis itulah, serikat buruh berkesempatan untuk mereparasi dirinya, membuatnya lebih demokratis (termasuk meminta pemimpin yang ngawur untuk meletakkan jabatan), dan seterusnya.
Di tengah krisis ekonomi, berbagai hak perburuhan, yang sudah dimenangkan dengan susah payah, akan mungkin saja kembali digerogoti. Gerakan buruh pastilah perlu menjaga beberapa kemenangan yang dicapai melalui judicial review terhadap Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, yang sudah dikabulkan Mahkamah Konstitusi pada Oktober 2024. Memang benar, UU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga tak kunjung disahkan. Namun, UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual dapat digunakan untuk melindungi martabat dan keselamatan buruh.
**
Apakah tahun 2024 yang sudah berlalu seluruhnya suram? Tentu tidak demikian. Di tengah segala kesulitan ekonomi, berita yang menghibur anehnya tetap datang. Sepanjang 2024, rakyat kebanyakan hampir tak pernah kekurangan lelucon politik.
Hal lain yang juga menghibur sekaligus membanggakan adalah tentang tim nasional sepak bola Indonesia. Bayangkan, menemukan lapangan sepak bola saja sudah sulit, apalagi membangun kesebelasan yang kuat. Tim nasional terbukti makin sering menang. Perlu disebutkan pula, kejayaan tim nasional adalah berkat keputusan Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSS) sekaligus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, yang mendatangkan pemain berdarah Indonesia dari luar negeri. Berita tentang pesepak bola berkulit terang dan berhidung mancung, apalagi yang punya kisah cinta dengan bintang film pesohor, tentu lebih menghibur dari cerita tentang kesusahan orang-orang biasa. Semoga pada 2024 tim nasional tetap membanggakan.
**
Malam kian larut, saya memutuskan untuk pulang cepat dan meninggalkan anak-anak muda itu. Saat bunyi petasan terdengar bersahut-sahutan dan cahaya kembang api melintas di langit, tanpa menengok jam, saya sudah tahu 2024 baru saja berlalu. Selamat Tahun Baru 2025!
Redaksi Trimurti.id
Daftar Pustaka
Tabel: