Hari Perempuan Internasional pertama disebut pada Konferensi Internasional Buruh Perempuan pada 26-27 Agustus 1910 di Coppenhagen Denmark. Diprakarsai oleh Clara Zetkin dan para sosialis Jerman. Hal ini terinspirasi oleh perjuangan buruh-buruh perempuan di Amerika Serikat yang melakukan mogok besar-besaran. Sebelumnya, Partai Sosialis Amerika merayakannya pada tanggal 28 Ferbuari 1909 di New York.
Pada awal abad ke-20, industri berkembang pesat di Amerika Serikat, yang salah satunya merupakan industri garmen dan tekstil. Kebutuhan akan tenaga kerja pun meningkat seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan industri disana. Umumnya lebih banyak perempuan yang bekerja di industri garmen dan tekstil.
Para buruh yang bekerja pada saat itu harus menghadapi kondisi kerja yang melelahkan: tempat kerja yang tidak sehat, jam kerja panjang, diupah rendah dan menghadapi kondisi berbahaya di pabrik. Sebagai tanggapan terhadap kondisi kerja yang mengerikan tersebut, para buruh tidaklah tinggal diam.
Sejarah mencatat, ada salah satu pemogokan yang terkenal, yakni pemogokan pabrik Triangle Shirtwaist di New York pada tahun 1909 yang dipimpin oleh seorang perempuan berusia 19 tahun, Clara Lemlich. Mereka melakukan pemogokan selama 14 minggu, dimulai pada November 1909 sampai maret 1910. Pemogokan ini dinamakan dengan “Uprising of the 20.000” atau pemberontakan 20.000. Sekitar 723 orang buruh ditahan polisi dan didakwa dengan berbagai tuduhan yang dibuat-buat. Clara Lemlich ditangkap 16 kali dan mengalami patah tulang rusuk akibat kekerasan polisi.
Meskipun pemogokan itu tidak mendapatkan hasil yang maksimal, tetapi berita pemogokan ini menyebar dan menginspirasi buruh-buruh pabrik garmen seantero New York bahkan seluruh Amerika.
Kemudian, pada 1910, ILGWU (Serikat Buruh Perempuan Garmen Internasional ) memimpin pemogokan 60.000 orang buruh coatmakers (pembuat mantel) di New York yang terkenal dengan nama “The Great Revolt”. Pemogokan ini berlangsung mulai Juli sampai November 1910. Tentu saja pemogokan-pemogokan ini mendapatkan kekerasan dari polisi dan para orang bayaran perusahaan.
Gelombang pemogokan buruh di pabrik-pabrik garmen terus menyebar. Antara tahun 1910-1911 di beberapa negara bagian lain Amerika pun melakukan pemogokan.Tercatat antara lain di Cleveland dan Philadelphia.
Pada 25 maret 1911, terjadi kebakaran besar di pabrik Triangle Shirtwaist yang mengakibatkan korban jiwa 146 jiwa, diantaranya 17 laki-laki dan 129 perempuan. Kejadian kebakaran ini berlangsung sangat singkat, sekitar 18 menit. Para korban banyak yang meninggal akibat lemas kehabisan udara, terbakar dan loncat dari gedung lantai 10. Kurangnya tangga darurat dan pintu pabrik yang selalu dikunci mengakibatkan para korban tidak bisa melarikan diri dari kebakaran.
Pintu pabrik selalu dikunci dengan alasan agar para buruh tidak dapat mencuri barang pabrik dan mencegah mereka untuk pulang lebih awal. Pemilik Triangle Shirtwaist, Max Blanck dan Isaac Harris, didakwa dengan tuduhan pembunuhan tingkat dua tetapi hasilnya dia dinyatakan tidak bersalah dan tidak ada bukti bahwa pintu pabriknya selalu dikunci. Pada 1914, lewat gugatan perdata, akhirnya Blanck dan Harris diharuskan membayar biaya asuransi korban kebakaran sebesar $75. Pemakaman para korban kebakaran dihadiri oleh sekitar 350.000 orang.
Selain itu, pemogokan besar yang dilakukan oleh buruh perempuan pabrik garmen adalah pemogokan “Bread and Rose Strike” selama 2 bulan. Diawali dengan keluarnya undang-undang tenaga kerja Massachusetts Amerika Serikat pada 1 Januari 1912 tentang pengurangan jam kerja dari 56 jam/minggu menjadi 54 jam/minggu untuk buruh perempuan dan anak-anak. Di balik pengurangan jam kerja ini, ternyata ada penurunan upah sehingga hal tersebut menuai protes diantara para buruh perempuan.
Elizabeth Gurley Flynn bersama Joseph Ettor dari IWW (Industrial Workers of the World) dan Arturo Giovannitti dari Federasi Sosialis Italia, mengorganisir pemogokan buruh pabrik garmen di Lawrence Textile di Massachusetts. Pemogokan ini banyak melibatkan buruh migran; sekitar 14 kebangsaan yang terlibat dan pamflet pemogokan disadur ke dalam 25 bahasa. Isu yang diangkat adalah 15% kenaikan upah untuk jam kerja baru, upah lebih untuk lembur dan tidak adanya diskriminasi bagi buruh yang melakukan pemogokan.
Pemogokan ini pertama kali terjadi di kota Lawrence, dan respon dari Walikota pada saat itu adalah memerintahkan kepada warga untuk membentuk milisi-milisi bersenjata bersama polisi untuk menghalau pemogokan tersebut. Tercatat ada 3 korban meninggal dunia dari pihak buruh, salah satunya Anna LoPizzo yang ditembak oleh polisi ketika bentrokan dan 2 laki-laki diserang oleh milisi.
***
Hari Perempuan Internasional dirayakan di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss pada 19 Maret 1911. Lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki menghadiri demonstrasi International Women’s Day di seluruh dunia. Di Austria-Hongaria sendiri lebih dari 300 demonstrasi untuk mengakhiri diskriminasi gender dan hak-hak perempuan untuk bekerja dan memegang jabatan publik.
Tahun 1914-1916 adalah Perang Dunia I dan saat itu, kaum perempuan seluruh Eropa berkampanye dan protes anti perang.
Menjelang revolusi Rusia 1917, pada 23 Februari 1917—8 maret dalam kalender Gregorian—para perempuan membuat aksi massa yang besar di seluruh wilayah Rusia dengan isu hentikan perang, kondisi kehidupan yang buruk, kekurangan pasokan pangan dan kebutuhan lainnya. Aksi tersebut dipimpin oleh Alexanda Kollontai dan aksi tersebut menjadi gerbang pembuka atas rentetan revolusi di Rusia.
Untuk memperingati hari itu, pada masa kepemimpinan Lenin 1922, 23 Februari—8 Maret dalam kalender Gregorian—dinyatakan sebagai hari perempuan di Uni Sovyet.
Setelah perang dunia II, perayaan IWD hanya dilakukan di negara-negara sosialis dan negara satelit Uni Sovyet. Tetapi pada tahun 1975, PBB mulai merayakan IWD pada tanggal 8 maret dan dua tahun setelahnya, yakni 1977, PBB memproklamirkan pada tanggal 8 maret sebagai Hari Perempuan Internasional. Pada 2014, lebih dari 100 negara di seluruh dunia merayakan IWD.
Begitulah sekilas tentang hari perempuan internasional atau IWD. 8 Maret adalah tonggak sejarah dimana perempuan sebagai pelopor perjuangan kelas pekerja.
Selamat hari perempuan dan teruslah berjuang.
Reporter: Siti Hartati