Trimurti.id, Bandung – Rabu, 31 Agustus 2022, desas-desus kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) sampai ke telinga publik.
Seperti beberapa kenaikan harga BBM sebelumnya, stasiun-stasiun pengisian bahan bakar dipenuhi oleh antrian masyarakat yang panik.
Antrian panjang itu terjadi karena masyarakat ingin mengisi penuh tangki kendaraan mereka sebelum harga BBM naik.
Seolah tidak mau ketinggalan zaman dengan konten-konten prank di media sosial, nyatanya malam itu pemerintah belum resmi mengumumkan kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga BBM justru terjadi tiga hari setelahnya, di saat masyarakat sedang menikmati akhir pekan mereka.
Dikutip dari cnbcindonesia.com, Sabtu 3 September pukul 14:00 WIB, kenaikan harga BBM secara resmi diumumkan oleh Joko Widodo melalui siaran di kanal Youtube Sekretariat Presiden.
“Ini adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM. Sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini subsidi akan alami penyesuaian,” terang Jokowi dalam Konferensi Pers Presiden Jokowi dan Menteri Terkait perihal Pengalihan Subsidi BBM.
Pengumuman tersebut jelas menambah beban yang selama ini telah dihadapi oleh rakyat.
Rakyat harus memutar otak dengan mengatur upahnya yang rendah untuk tetap bertahan hidup di tengah kenaikan harga bahan-bahan pokok.
Tak terkecuali Rizky (27), kabar kenaikan harga bahan bakar membuat ia harus memotong biaya selain bensin untuk kendaraannya.
Rizky merupakan buruh manufaktur di sebuah pabrik yang berlokasi di Bandung Selatan.
Setiap Senin, Rizky merogoh kocek Rp50 ribu untuk membuat tangki bensin motornya penuh.
Itu cukup untuk perjalanan pulang-pergi dari rumahnya di Mohamad Toha ke lokasi Pabrik selama satu minggu.
Namun, sejak kenaikan harga BBM, Rizky kini mesti merogoh kocek hingga 100 ribu untuk membuat tangki bensin motornya penuh.
Menurut Rizky, kenaikan BBM akan berimbas kepada harga-harga yang lain terutama bahan pangan.
Ditambah, tahun ini dia akan melangsungkan pernikahan bersama kekasihnya. Sudah tentu hal ini membuat Rizky pusing tujuh keliling.
“Kenaikan BBM jelas membuat banyak kebutuhan saya mesti dikorbankan,” tukas Rizky kepada Trimurti (04/09/22).
Lain Rizky lain lagi Popon (50), kenaikan harga BBM ini berimbas kepada semua bahan-bahan dasar untuk berjualan bakso.
Untuk memenuhi kebutuhan Popon sehari-hari saja sudah mendesak dan kian bertambah, sekarang harus diperparah dengan kenaikan harga BBM.
Popon menjelaskan, dengan kenaikan harga BBM, ia mesti memikirkan cara agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan berjualan bakso.
Di satu sisi ia juga tidak bisa sekonyong-konyong menaikan harga jual baksonya.
“Saya jadi pusing, khawatir kalo pembeli saya jadi pada kabur,” ungkap Popon kepada Trimurti (04/09/22).
Kondisi ini jelas membuat Popon dilema. Kenaikan harga BBM ini membuatnya mengambil resiko kehilangan pelanggan dengan menaikan harga jual baksonya.
Sebab ada kebutuhan sehari-hari yang mesti ia tutupi, terlebih suaminya pensiunan buruh pabrik yang tak mendapat pesangon dari perusahaan di tempatnya bekerja.
Cerita Rizky dan Popon adalah contoh bagaimana kenaikan BBM berimbas kepada hampir seluruh kehidupan masyarakat.
Padahal, setiap hari mereka sudah ditekan oleh kebutuhan yang terus bertambah dengan upah dan penghasilan yang masih rendah.
Risky dan Popon adalah senandika rakyat yang menjadi korban langsung dari kebijakan-kebijakan Pemerintah.
*****
Reporter: Amet Ramadhan
Editor: Ilyas Gautama, Dedi Muis