Pada Jumat kemarin (6-12-19) Perancis diguncang pemogokan buruh yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Puluhan ribu ribu buruh kereta api, ASN, dan pekerja pendidikan terlibat dalam aksi ini. Tak kurang dari 1,5 juta orang ikut mogok, menentang rencana Presiden Prancis Emanuel Macron untuk memangkas dana pensiun.
Aksi mogok ini, bagian dari perlawanan internasional yang meluas melawan ketimpangan sosial dan kekerasan militer-polisi, serupa dengan demonstrasi yang terjadi di Irak, Lebanon, Chili, Kolombia, Hong Kong, Aljazair; dan pemogokan guru dan buruh otomotif di Amerika, serta aksi buruh kereta api di Inggris.
Pada aksi kemarin di Perancis, buruh kereta api nasional, guru, buruh-buruh transportasi, rumah sakit, bandara, pelabuhan, buruh sektor energi, serta mahasiswa dan pengacara berpawai bersama.
Pemogokan ini memperlihatkan besarnya kekuatan sosial dari buruh ketika mereka berhimpun dalam perjuangan. Demikian luasnya pemogokan, layanan kereta api nyaris lumpuh, dengan hanya menyisakan satu dari 10 layanan kereta cepat (TGV), dan hanya 3-5 persen kereta antar wilayah yang beroperasi. Menurut Serikat Buruh Kereta Api (SNCF), 85,7 persen pengemudi dan 73,3 persen pengendali kereta api menyatakan ikut mogok kerja.
Di Paris, angkutan umum nyaris tak bergerak. Otoritas Transportasi Independen Paris (RATP) mengumumkan, 11 dari 16 jalur metro (kereta bawah tanah) terhenti. Sementara pada jalur lainnya, layanan yang tersedia hanya terbatas. Peserta aksi memblokir depot BBM, sementara ancaman mogok di 7 dari 8 kilang minyak dapat menimbulkan kekurangan bahan bakar di seluruh negeri.
Menurut data statik yang dikeluarkan oleh Menteri Layanan Publik, Olivier Dussopt, 32,5 persen ASN (termasuk yang bekerja di bidang pendidikan, kantor pos, dan mantan buruh France Telecom) ikut mogok kerja. Di antara guru sekolah, 51,15 persen guru sekolah dasar dan 42,32 persen guru sekolah menengah mogok mengajar. Banyak anak sekolah terpaksa tidak masuk kelas, atau dititipkan di pusat layanan darurat yang dikelola oleh pemerintah kota.
Beberapa bandar udara— termasuk bandara Paris, Nice, Marseille, Lyon, Toulouse, dan Bordeaux — sangat terdampak oleh pemogokan ini, akibat mangkirnya petugas pengendali lalu lintas udara dan banyak jenis buruh lainnya.
Selama beberapa hari ke depan diperikiakan pemogokan akan menjalar di berbagai sektor industri. Menurut sumber dari serikat buruh, lalu lintas kereta api akan lumpuh hingga Senin. Pihak maskapai penerbangan mengatakan mereka akan memangkas 20 persen penerbangan pada Jumat. Banyak guru juga akan mogok pada Jumat. Kemudian, Asosiasi Sopir Truk lOTRE telah mengumumkan bahwa pihaknya akan melakukan 15 aksi blokade jalan pada Jumat ini, untuk memprotes kenaikan pajak bahan bakar oleh pemerintah Macron.
Dilaporkan pula, pawai ratusan ribu buruh berlangsung di berbagai tempat di Perancis. Serikat buruh menyebut 250.000 massa aksi berkumpul di Paris, 150.000 di Marseille, 100.000 di Toulouse, 40.000 di Lille, dan puluhan ribu di Montpellier, Bordeaux, dan Nantes, serta 285.000 buruh di sekitar 40 kota lain. Di beberapa kota, pihak berwenang menolak memberikan keterangan kepada pers tentang jumlah massa aksi.
Meskipun tidak mengeluarkan dukungan resmi terhadap serikat buruh, beberapa tokoh kelompok Rompi Kuning, Éric Drouet, Priscilla Ludosky dan Maxime Nicolle, menyerukan kepada pendukung mereka untuk bergabung dalam aksi.
Di beberapa kota, termasuk Lyon, Nantes, Rennes dan Paris, bentrokan terjadi sesudah pasukan keamanan mencegah massa aksi berkumpul di tempat-tempat umum, dan kemudian membubarkan mereka.
Pemerintah Macron sebenarnya sudah mengerahkan polisi secara besar-besaran, sebanding dengan jumlah yang dikerahkan untuk membendung massa Rompi Kuning pada Desember lalu. Tetapi, belum pernah terjadi sebelumnya, serikat buruh dapat menggalang aksi protes dan mogok sebesar sekarang.
Majalah L’Express mengabarkan bahwa “secara keseluruhan 108 unit pengamanan dikerahkan di seluruh Prancis, mencakup 60,5 unit polisi militer dan 47,5 unit polisi anti huru hara. Selain di Paris, mereka akan dikirimkan ke wilayah Selatan, Tenggara, dan Utara; sehingga wilayah-wilayah lainnya diperkirakan akan dibiarkan mengalami kekurangan tenaga pengamanan. Sementara itu, 180 tim pasukan berkendara juga akan diterjunkan. Mereka dilengkapi enam meriam air yang disiapkan untuk menghalau aksi, dan tiga drone akan diterbangkan di atas Paris. ”
Seorang pejabat tinggi keamanan yang tak mau disebut namanya, mengatakan dia “sangat khawatir” tentang aksi di Paris, dan mengakui bahwa “kami berada dalam situasi pra-pemberontakan.”
Di Paris, aparat mengerahkan mobil lapis baja, meriam air, serta tentara dan polisi anti huru-hara yang dipersenjatai dengan senapan serbu untuk berjaga-jaga di istana kepresidenan Elysee dan tempat-tempat penting lainnya. Sebanyak 6.000 hingga 8.500 polisi anti huru-hara dikerahkan. Pada jam 8 malam telah terjadi 90 penangkapan massa aksi, termasuk 71 pencekalan. Sebanyak 11.490 orang ditangkap dan digeledah.
Kontributor: Dedi Muis
Disadur dari: www.wsws.org/en/articles/2019/12/06/fran-d06.html