Trimurti.id, Internasional – Sebuah surat pendek dimuat di kolom Opini harian The New York Times edisi Senin, 4 Januari 2021, membawa kabar baik yang mengejutkan, Serikat Buruh Google baru saja berdiri di Amerika Serikat. Sebagaimana diberitakan The Guardian, surat ini dikirim oleh dua orang pengurus yang baru saja terpilih, Paul Koul dan Chewy Shaw.
Inilah untuk pertama kalinya buruh-buruh Google berhasil mendirikan serikat di perusahaan raksasa tersebut, dan di tengah kuatnya sikap anti serikat di Lembah Silikon, jantung teknologi informasi di Amerika Serikat.
Semua orang Amerika dan Kanada yang bekerja untuk Alphabet (induk perusahaan Google) dapat menjadi anggota serikat ini, baik buruh tetap penuh-waktu maupun orang-orang yang selama ini dianggap sebagai buruh siluman: buruh tidak tetap, vendor, dan kontraktor. Pada saat pembentukan, jumlah anggotanya 226 orang. Memang masih kecil dibandingkan keseluruhan buruh yang bekerja untuk Google. Jumlah buruh yang dipekerjakan Google secara langsung adalah sekitar 115.000 orang lebih.
Jika ditelusur ke belakang, sudah beberapa tahun buruh-buruh Google merintis pendirian serikat. Pada 2018, para buruh melancarkan protes gara-gara perusahaan tidak becus menangani kasus pelecehan seksual. Pada tahun yang sama para buruh itu mengutuk peran Google dalam proyek pengembangan mesin pencari untuk pemakai internet di China. Proyek ini sekarang sudah dihentikan. Pada 2019, buruh-buruh Google menulis surat terbuka untuk majikan mereka sendiri, mendesak agar pada 2030 perusahaan berhenti melepaskan emisi gas beracun. Para buruh itu juga pernah membuat petisi yang mengecam kontrak komputasi awan (cloud-computing) antara Google dan Departemen Imigrasi, mengingat perlakuan buruk lembaga pemerintah tersebut terhadap keluarga imigran.
Persoalan di tempat kerja juga menjadi sasaran kecaman buruh-buruh Google. Pada 2019, ratusan buruh Google menandatangani pernyataan solidaritas terhadap buruh tidak tetap dan buruh kontrak yang diperlakukan tidak adil. Terakhir, pada Desember 2020, para buruh menuntut Google meminta maaf kepada Timnit Gebru, buruh kulit hitam yang dipecat sewenang-wenang karena kritiknya terhadap perusahaan. Google pernah pula dituduh secara tidak sah menyelidiki sejumlah buruh yang kala itu diberhentikan dari pekerjaannya, karena mengkritik peraturan perusahaan dan berusaha mendirikan serikat buruh.
Reporter: Agus Saragih
Editor: Dachlan Bekti
Ilustrasi : Unsplash.com