Trimurti.id, Karawang–Bersama kawan-kawannya di Karawang, Bono bekerja ibarat sedang berkejaran dengan waktu. Virus Corona (Covid-19) menyebar dengan cepat. Virus yang menggerogoti organ pernafasan ini pertama terdeteksi menginfeksi penduduk Indonesia pada Februari 2020 silam. Pada minggu ini, tercatat 3.512 orang positif terjangkit dan 282 orang meninggal dunia di Indonesia. Berita lumayan baiknya, 306 orang berhasil sembuh.
Bono merasa prihatin. Di tengah kecamuk wabah, hingga akhir Maret masih banyak pabrik di Karawang tetap beroperasi, tanpa memikirkan keselamatan buruhnya.
“Yang masih hidup tetap kerja,” ujarnya. Setengah melucu setengah geram.
Sebagai orang yang lama berkecimpung di serikat buruh dia juga menyimak, di tengah kondisi yang memprihatinkan ini, pembahasan Omnibus Law RUU Cipta Kerja terus berlangsung di DPR. Tambah runyam lagi, akibat penyebaran Covid-19 situasi ekonomi semakin memburuk dan banyak buruh kehilangan pekerjaan.
Masalahnya, virus terus menyebar dan banyak orang tidak paham akan risiko penularannya. Resah dengan kondisi sekarang, bersama teman-temannya di Serikat Buruh Kerakyatan (SERBUK), Bono bergerak membagikan hand sanitizer dan melakukan penyemprotan disinfektan. Mereka memulainya dari wilayah sekitar sekretariat SERBUK di daerah Klari, Karawang Timur.
“Kami melakukan…, karena penangangan dari Pemda Karawang masih terbatas. Hanya di beberapa wilayah saja. Belum semua kebagian,” ujar Bono saat dihungi reporter Trimuti.id via telepon, Sabtu, 11 April 2020.
Bono menjelaskan, masyarakat di Karawang belum mendapatkan pengetahuan soal virus Corona secara keseluruhan, “Masyarakat kan khawatir dengan kondisi sekarang, sementara banyak pemberitaan di televisi yang justru membuat mereka bingung harus melakukan tindakan apa, gitu.”
Gotong royong bersama masyarakat setempat untuk mencegah penularan virus mereka mulai sejak Februari 2020 lalu.
Darimanakah mereka mendapatkan hand sanitizer dan cairan disinfektan? Sebagian didapat dari membeli. Sisanya dibuat sendiri dengan bahan ala kadarnya, seperti alkohol ditambah baby oil/cairan lidah buaya untuk membuat hand sanitizer, dan bahan-bahan seperti Wipol/pembersih kloset, Soklin pemutih/pemutih dan Pembersih lantai untuk membuat cairan zat disinfektan. Dana pembelian botol hand sanitizer, sebagian berasal dari sumbangan, sebagian diambil dari dana serikat buruh.
“Minimal satu rumah punya satu hand sanitizer buat jaga-jaga,” lanjut Bono.
Kesulitan bukan tak ada. Mereka memanfaatkan botol parfum untuk wadah cairan hand sanitizer. Repotnya, botol jenis itu menghilang dari pasar dan semakin susah dicari.
Apa yang akan mereka lakukan selanjutnya? Bono dan kawan-kawannya berniat untuk juga memproduksi masker wajah secara mandiri. Mereka sudah memulainya, tapi bahan baku masker juga semakin sulit didapatkan.
Selain itu, SERBUK bersama Jaringan Pejuang K3 (Keselamatan, Keamanan, Kesehatan Kerja) dan organisasi rakyat lainnya berniat melakukan kerja serupa di Bekasi dan bila mungkin di kota-kota lainnya.
Reporter : Rendra Soedjono