Trimurti.id, Bandung – Almanak terus berganti angka, tak terasa sebentar lagi tahun 2022 akan meninggalkan kita semua. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, bagi kita kelas buruh, tahun 2022 tak ada bedanya.
Pergantian tahun hanyalah angka. Yang abadi ialah tunggakan cicilan rumah kontrakan dan kendaraan, biaya kebutuhan hidup sehari-hari, hak-hak normatif yang tak kunjung dipenuhi, ancaman pemecatan, hingga ancaman perampasan lahan yang bisa datang kapan saja.
Begitulah adanya. Sementara yang tersisa hanyalah tubuh ringkih akibat terlalu lama menanggung beban kerja dan tuntutan sosial yang berat dan kadang tak masuk akal.
Untuk menutup tahun ini, Trimurti.id khusus membagikan beberapa lagu yang mungkin cukup mewakili perjalanan dan perasaan kita sepanjang tahun 2022. Simak daftar berikut, yuk!
- Yovie & Nuno – Ironi
Tembang yang populer dibawakan duo Lydia-Imaniar pada era 1980-an diaransemen ulang oleh Yovie Widianto bersama subunit band-nya, Yovie & Nuno, pada tahun 2016.
Meski memiliki aransemen dan gaya vokal berbeda, lagu ini tetap memiliki tempat di hati para pendengarnya. Terutama pada larik bagian refrain, “Terlalu banyak peristiwa yang telah kualami, terlalu besar badai hidup yang harus kuhadapi.”
Sangat membekas dan cukup dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yang acapkali dibuat pusing tujuh keliling oleh masalah ekonomi.
2. Armada – Pergi Pagi Pulang Pagi
Jika boleh dibilang, lagu pop-dangdut besutan Armada Band merupakan bentuk cinta-kasih dari para buruh untuk sanak keluarga mereka.
Karena demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan memenuhi tuntutan keluarga, “Kurela pergi pagi pulang pagi, hanya untuk mengais rezeki, doakan saja aku pergi, semoga pulang dompetku terisi.”
3. Kelompok Penerbang Roket – Dimana Merdeka
Unit Rock asal Jakarta yang digawangi John Paul Patton (bass/lead vocal), Rey Marshall (guitar/back vocal) dan Igusti Vikranta (drum/backing vocal) memiliki nomor gahar berjudul “Dimana Merdeka”.
Lagu yang dirilis pada 2015 silam itu menyentil makna kemerdekaan yang usang lewat liriknya: “Di mana merdeka? Merdeka yang beda, apa masih ada yang merdeka?”
Tampaknya pula nomor “Dimana Merdeka” akan terus relevan hingga hari ini, terlebih Rancangan Kitab Hukum Acara Pidana (RKUHP) yang telah disahkan oleh DPR RI di awal Desember lalu membuat kita semakin jauh dari kata merdeka. Jadi, di mana merdeka?
4. Teza Sumendra – The Intro(vert)
Lewat refrain, ”Biarkanku melepaskan beban ini. Tanggalkan harapan. Tak peduli eksistensi. Absensi tanpa gengsi. Tanggalkan harapan.”
Secara implisit, Teza hendak menyampaikan bahwa semua orang berhak memiliki waktu sendiri: menjauh dari rutinitas kerja sehari-hari, mengabaikan panggilan kerja majikan, dan melakukan kesenangan yang telah lama kita tinggalkan.
Tentunya lagu bergenre RnB ini cocok kamu dengerin sambil ngopi sama bengong kala senggang.
5. Tulus – Kelana
Nomor terakhir, “Kelana”. Pada nomor ini Tulus membawa kita untuk sedikit berefleksi tentang kehidupan dan pekerjaan.
Seperti yang tertulis pada liriknya, “Kita ke mana? Mau ke mana? Hendak mencari apa? Menumpuk uang untuk apa?”
Hmm… Kalau dipikir-pikir, kita semua butuh uang buat menyambung hidup. Tapi kalau kebanyakan kerja, ujung-ujungnya malah sakit. Majikan tambah kaya, kita makin sengsara. Memang kalau sudah sakit majikan mau peduli atau bayarin asuransi?
Penulis: Rinaldi Fitra
Editor: Dachlan Bekti
Foto: pexels.com