Categories
Editorial

Waspada! Serikat Buruh Busuk Berbulu Domba

Idul Fitri sudah hampir sebulan berlalu. Seperti yang sudah-sudah, pada tahun ini pun masih ada saja majikan yang–dengan alasan yang berkelak-kelok–menghindar untuk membayarkan tunjangan hari raya (THR) keagamaan. 

Semua orang tahu, THR merupakan kewajiban pemberi kerja. Pada kenyataannya, banyak buruh masih harus bersusah payah menegangkan urat leher untuk mendapatkannya. Tak terhitung pula banyaknya buruh yang gigit jari karena THR tak cair, terpaksa terjerat hutang. 

Itu baru soal yang pertama. Sekarang soal yang kedua. Sering terjadi, saat buruh berkeluh-kesah karena majikan mangkir dari kewajibannya, serikat buruh malah bungkam dan tak melakukan apapun. Atau, malah menjadi “juru bicara” yang mencoba menjelaskan segala kesulitan yang dihadapi majikan. 

**

Waktu kamu diterima bekerja, bisa jadi di tempat kerjamu serikat buruh belum berdiri. Pada situasi ini, jika dianggap perlu, kamu dan teman-teman sekerja dapat mulai memikirkan gagasan untuk mendirikan organisasi/serikat buruh. Maka, carilah informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk menyiapkan pendirian serikat buruh yang demokratis dan membela kepentingan anggotanya.

Sering terjadi pula, di tempat kamu bekerja ternyata ada satu atau beberapa serikat buruh. Kemudian, sekonyong-konyong namamu tercantum menjadi anggota sebuah serikat buruh. Lalu kamu baru menyadarinya sesudah potongan iuran serikat buruh muncul di slip pembayaran upah. Berikutnya, kamu mulai bertanya-tanya, apakah serikat tempat saya “bergabung” dapat dipercaya dan sungguh-sungguh melindungi kepentingan buruh? 

Kamu, yang belum atau sudah bergabung dalam serikat buruh, penting untuk tahu: ada serikat buruh sungguhan, ada pula yang jadi-jadian, tak berguna, dan pengurusnya ngawur sekaligus korup. Itu kita namai saja, serikat buruh busuk.