Trimurti.id, Bandung, 25 Maret 2020 – Diterjang wabah penyakit akibat penyebaran virus corona (Covid-19), aktivitas ekonomi terus melemah. Nilai tukar Rupiah masih terkulai di hadapan Dolar AS, dan hari ini menyentuh angka Rp. 16.430,- (pada pukul 12.00 WIB). Beberapa hari sesudah keluar imbauan untuk menghentikan berbagai aktivitas di luar rumah, hingga hari ini banyak pelaku bisnis yang menghentikan kegiatan usahanya.
Di Bandung diketahui beberapa mall menghentikan atau mengurangi kegiatan operasinya. Mall Paris van Java di Jalan Sukajadi, Bandung, menyatakan akan tutup sementara sejak 25 Maret hingga 8 April 2020. Salah penyewa di mall tersebut, pusat perbelanjaan Carrefour mengumumkan akan membatasi jam operasional dari jam 11.00-20.00. Kabar yang sama datang dari pusat perbelanjaan Cihampelas Walk (Ci-Walk), yang tutup sementara sepanjang 27 Maret-09 April 2020. Hanya beberapa toko saja yang tetap buka, yakni toko barang kebutuhan sehari-hari, apoteker, bank, dan mesin ATM. Kedua mall menjelaskan bahwa mereka tutup sementara karena mengikuti anjuran pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus corona. Pusat-pusat perbelanjaan di berbagai kota diduga juga akan berhenti beroperasi sementara.
Buruh-buruh yang dirumahkan. Dengan perkembangan terakhir tersebut, tiba giliran buruh sektor perdagangan eceran (penjaga toko, petugas gudang, pelayan restoran) terkena dampak dari pelemahan ekonomi. Pandemi Civod-19 tengah memukul ekonomi dunia dan ekonomi Indonesia tidak lolos dari hantaman itu. Kemerosotan nilai tukar Rupiah sudah terlihat sejak 3 Maret 2020, sesudah Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua pasien pertama Covid-19 di Depok (2-Maret-2020).
Dibandingkan perdagangan eceran, beberapa sektor industri dan perdagangan sudah terlebih dahulu terkena dampaknya. Sektor penerbangan dan pariwisata terganggu sudah sejak awal. Maskapai penerbangan Air New Zealand akan memangkas sekitar 4.000 buruhnya. Sementara, maskapai asal Belanda KLM berencana memecat sekitar 2.000 buruh. Mereka mengaku tidak mungkin ‘terbang’ jika jumlah penumpang tidak beranjak naik dalam 12 bulan ke depan.
Di Indonesia, industri pariwisata di Bali dan Manado seketika loyo karena wisatawan China memperpendek atau membatalkan kunjungan. Di Bogor, Aston Resort memutuskan menutup hotel bintang empat itu dan merumahkan 120 buruhnya. Puluhan hotel besar dan kecil dan tempat-tempat wisata di Jawa Barat juga sudah menyatakan akan tutup setidaknya untuk sementara.
Pandemi Covid-19 dimulai di China dan melumpuhkan produksi dan barang di negeri tersebut, dan imbasnya merembet ke berbagai negara termasuk Indonesia. Beberapa industri, antara lain elektronika dan farmasi, terjengkang karena kekurangan pasokan bahan baku dari China. Beberapa sektor lain yang melemah karena gangguan pasokan adalah barang konsumsi, otomotif, gaming, pengiriman barang, dan –sekarang- perdagangan eceran. Banyak perusahaan di sektor-sektor tersebut yang mulai membatasi operasi dan merumahkan buruhnya.
Buruh-buruh yang tetap harus bekerja.
Setelah berminggu-minggu tak terlihat adanya penanganan yang meyakinkan, baru pada Konferensi Pers Minggu, 15-Maret-2020, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa “dalam kondisi ini, saatnya kita bekerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah.”
Menindaklanjuti seruan itu pemerintah DKI dan Jawa Barat, dua propinsi dengan jumlah pasien terbanyak, mengeluarkan surat edaran untuk membatasi aktivitas luar rumah. Sejak masyarakat menahan diri untuk bepergian dan tetap di rumah, pendapatan pengemudi ojek online ikut merosot. Ketua Presidium Asosiasi Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono memperkirakan kebijakan social distancing dan bekerja dari rumah (work from home) berdampak langsung pada pendapatan pengemudi ojek online.
“Normalnya bisa dapat Rp 200.000 per hari, sekarang hanya Rp 60.000,” katanya (Senin, 23 Maret 2020). Igun menjelaskan, meskipun ada kenaikan jumlah pesan antar makanan dan barang akibat adanya kebijakan pemerintah itu, tapi belum sebanding untuk menutupi pendapatan yang berasal dari jasa antar penumpang. Pasalnya, kata dia, hingga kini mayoritas atau lebih dari 50 persen pendapatan ojek online (ojol) masih berasal dari layanan antar penumpang. Sisanya, baru berasal dari gabungan jasa pengantaran makanan, barang, dan jasa lainnya.
Himbauan pemerintah pusat dan daerah untuk menghentikan aktivitas di luar rumah, untuk memotong persebaran virus, tidak serta-merta dipatuhi oleh pengusaha. Tak terhitung jumlah pabrik yang masih tetap beroperasi di kawasan-kawasan industi di Bekasi, Karawang hingga Purwakarta.
Pada Selasa malam (23-Maret-2020), bus antar-jemput buruh masih berkeliaran. Salah satunya terlihat melaju di Jalan Raya Cakung, mengangkut buruh shift malam ke sebuah pabrik di kawasan industri MM2100 di Bekasi. Dengan penumpang yang tetap duduk saling berdekatan dan tidak terlindungi masker wajah.
Di Purwakarta menurut penuturan Rian (bukan nama sebenarnya) yang dihubungi reporter Trimurti.id pada Selasa, 24 Maret 2020, situasinya kurang-lebih sama. Pabrik garmen tempatnya bekerja tetap beroperasi memproduksi sepatu merek New Balance. Memang, pabrik menyediakan cairan penyeka tangan (hand sanitizer), tempat cuci tangan, dan masker.
“Alasan dari atasan sih, produksi sepatu sekarang tuh buat ngejar target produksi untuk ekspor.” Ujar Rian saat dihubungi reporter Trimurti.id, Selasa.
Lebih mengenaskan lagi adalah nasib para tenaga kesehatan. Di tengah krisis kesehatan masyarakat ini, mereka harus tetap bekerja menolong orang yang jatuh sakit. Masalahnya, seperti sudah diungkap di banyak pemberitaan, mereka bekerja tanpa alat pelindung diri yang memadai. Bekerja di tengah kekhawatiran akan keselamatannya, beberapa tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum (RSU) Bahteramas, Kendari, Sulawesi Tenggara mengancam mogok. Mereka menuntut agar disediakan beberapa macam alat pelindung diri seperti masker, jas pelindung diri atau hazardous materials suit ; tidak tersedia.
Bagaimanapun, beberapa korban dari tenaga kesehatan sudah jatuh. Di Indonesia, sekurangnya enam dokter meninggal karena tertular virus. Di China, seorang apoteker muda dilaporkan tewas karena kelelahan bekerja. Apoteker tersebut, Song Yingjie (28), menjabat sebagai wakil pemimpin kelompok farmasi di sebuah pusat kesehatan di daerah Hengshan di provinsi Hunan, China. Ditengarai, serangan jantung yang menimpa Song disebabkan oleh kelelahan.
Jumisih (KPBI): “Elite politik jangan egois.”
Hampir empat minggu sesudah diketahui Indonesia tidak kebal virus, pemerintah Indonesia akhirnya mengambil keputusan untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari China. Pada Senin (23-Maret-2020) 12 ton beragam alat-alat kesehatan sudah tiba di bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Salah satunya adalah alat uji cepat (rapid test) Covid-19.
Masalahnya, masyarakat kemudian terganggu oleh ulah anggota DPR, yang sedang menjalani masa reses, berencana melakukan tes kesehatan terkait virus corona (Covid-19) bagi dirinya dan keluarganya. Mereka dianggap hanya mendahulukan kepentingan sendiri.
Tak pelak hal ini mendapat kritikan keras dari Jumisih, Wakil Ketua Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI). Ia menilai seharusnya para wakil rakyat tidak mementingkan dirinya sendiri. Jumisih mengingatkan bahwa jutaan buruh masih bekerja di tengah ancaman tertular corona tanpa perlindungan kesehatan
“Elite politik jangan egois. Anggota dewan tidak selayaknya menggunakan keistimewaan posisi untuk aman dari corona, sedangkan jutaan rakyat yang tidak bisa reses harus menanggung corona dengan keselamatan jiwa dan keamanan ekonominya,” kata Jumisih pada Selasa 24, Maret 2020.
Jumisih mengingatkan jutaan buruh yang mayoritas perempuan saat ini masih berdesak-desakan di pabrik melakukan proses produksi. Mereka, kata Jumisih, bekerja tanpa alat pelindung kesehatantan yang jelas dan ketidakpastian nasib.
Dalam situasi krisis, kaum buruh terancam kehilangan pendapatan atau pekerjaan. Atau harus tetap bekerja sambil menggadaikan keselamatannya.
Penulis: Rendra Soedjono