Categories
Kabar Perlawanan

Rakyat Tamansari Geruduk Kementerian ATR/BPN Jakarta

Trimurti.id, Jakarta–Senin, 13 Januari 2020, matahari baru saja duduk di atas kepala. Namun, puluhan massa aksi yang tergabung dalam Tamansari Melawan telah memadati depan Gedung Kementerian ATR/BPN Jakarta. Kedatangan mereka tak lain adalah untuk menuntut keadilan perihal tanah yang digusur oleh Pemkot Bandung pada Desember tahun lalu.

Status tanah di RW 11 Tamansari sendiri pun menurut BPN Jawa Barat masih dalam status quo. Dalam artian BPN Jawa Barat sampai saat ini belum memberikan alas hak apapun di atas objek tanah di RW 11 Tamansari, termasuk hak milik untuk Pemkot Bandung. Namun, alih-alih mematuhi prosedur hukum yang berlangsung, Pemkot Bandung justru menggusur paksa lahan warga RW 11 Tamansari pada Kamis 12 Desember 2019 dengan disertai kekerasan kepada warga dan elemen solidaritas.

“Hey aparat! Kami masih ingat kekerasan yang kalian lakukan kepada kami. Anak-anak kami akan ingat bagaimana tindakan beringas kalian kepada orang tuanya. Suami saya sampe sekarang tidak bisa jalan. Tapi kalian harus ingat, semangatnya akan terus membara untuk terus menuntut keadilan yang telah dirampas dari kami,” teriak Lia sambil menunjuk puluhan aparat yang berjaga di depan gerbang kantor ATR/BPN Jakarta.

Di atas mobil komando itu, Lia tak sendirian. Ia ditemani anak dan suaminya, Enjo, yang sejak tadi duduk di atas mobil komando. Enjo, bukannya tidak ingin untuk turut berdiri seperti massa aksi lainnya. Namun luka di selangkangan akibat disodok tabung oksigen oleh Polisi tak memungkinkan dirinya untuk berdiri. Luka di selangkangannya ini diperolehnya saat hendak mengevakuasi dua anaknya dari gas air mata yang ditembakan Polisi ke pemukiman warga. Tapi, Enjo tak sempat menyelamatkan anak-anaknya. Puluhan aparat bersenjatakan tameng dan pentungan langsung meringkus dan menghajarnya saat itu.

Digusurnya tanah dan juga kekerasan yang didapat saat mempertahankan haknya inilah yang mendorong puluhan warga RW 11 Tamansari dan juga solidaritas berangkat ke Jakarta. Setelah berulang kali menggeruduk satu persatu instansi pemerintahan, seperti DLHK Kota Bandung, DPRD, DPKP 3, BPN Jawa Barat hingga Pemkot Bandung sendiri, tak membuahkan hasil, maka menurut Humas Aksi Jakarta adalah satu-satunya pilihan selanjutnya untuk warga Tamansari menuntut hak mereka.

Solidaritas Sesama Rakyat Tergusur

“Saya berterimakasih kepada kawan-kawan yang telah mendukung rakyat miskin,” teriak nenek warga Pekayon, Bekasi yang mendukung perjuangan Tamansari.

Nenek itu bernama Sukiyati, warga Pekayon yang rumahnya digusur oleh Pemkot Bekasi. Nasib yang sama sebagai warga tergusur mendorong Sukiyati untuk ikut terlibat dan mendukung perjuangan warga Tamansari.

Dalam orasinya itu, Sukiyati menyebut tindakan Pemkot Bekasi dan juga Bandung menunjukkan bahwa pemerintah tidak memiliki itikad baik selama ini kepada rakyat.

“Untuk itu kita harus mengambil hak kita yang telah dirampas oleh pemkot. Pemkot manapun. Kita tidak aman dari penggusuran, tidak aman dari pengangguran. Kita mau jadi apa? Maling? Di mana hati nurani pejabat? Saya membangun posko di Bekasi setelah digusur, tapi yang datang justru Beko dan aparat yang menggusur kami, lagi,” pekiknya lantang seraya disambut massa aksi yang mengepalkan tangan kiri mereka.

Sebagai warga gusuran yang bersolidaritas, Sukiyati tak sendiri. Ada seorang Ibu dari Kapuk Poglar, Jakarta Barat, yang juga ikut dalam barisan. Bagi ia dan juga Sukiyati, tak yang bisa diandalkan lagi selain persatuan rakyat.

“Hukum tidak pernah berpihak terhadap rakyat kecil. Hanya konsolidasi rakyat tertindas lah jawabannya. Kita mesti terus bersatu melawan keserakahan pemerintah,” seru salah seorang ibu dari atas mobil komando.

Kontributor: Abdul Harahap

Editor: Yusuf Hadid