Trimurti.id, Lima perempuan dari keluarga korban yang tergabung dalam Solidaritas Korban Jerat Kerja Paksa dan Perbudakan kembali mendesak Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menghadap mereka. Dalam siaran pers yang masuk ke redaksi trimurtid.id, mereka menyerukan evakuasi segera para korban yang sekarang berlokasi di Phalu, Myanmar, 24 April 2024 ini.
Para keluarga korban ini sudah dua tahun menunggu kepulangan dengan melapor ke Polisi, Kementerian Luar Negeri, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Pemerintah Daerah, dan Lembaga Pengiriman Tenaga Kerja.
Sampai Hari Raya Idul Fitri kemarin, para keluarga korban masih dirundung gelisah memikirkan nasib suami, anak, saudara yang pergi ke luar negeri dengan tujuan mencari nafkah, berakhir dalam perangkap kerja paksa.
Para keluarga korban tambah ditakutkan dengan kabar memanasnya kondisi negara Myanmar berkat represifitas junta militer. Perang sipil tersebut telah membunuh ribuan rakyat sipil Myanmar. Korban terperangkap dalam kerja paksa sekaligus perang saudara di Myanmar. Menurut pengakuan keluarga korban, penjaga perusahaan tempat korban bekerja juga menenteng senjata api.
Korban kerja paksa sudah tiga kali dijual ke perusahaan lain dengan alasan kurang produktif di tempat kerja sebelumnya. Mereka bisa terkena serangan fisik seperti pukulan dan sejenisnya jika malas atau melakukan kesalahan kerja.
Dengan kondisi yang demikian, para keluarga korban sudah jengah dengan sikap acuh dari pihak berwajib. Atas nama Nurmaya, Yulia Yasmin, Sylvie, Tan, dan Yuli, mereka yakin masih ada perempuan dan keluarga lain di luar sana yang bernasib sama namun kebingungan mencari bantuan.
Mereka tetap menunggu kepulangan para ayah dan mencoba menutupi semuanya jika ada pertanyaan dari anaknya “kapan ayah pulang?”
***
Reporter: Elijah Warobay
Editor: Dedi Muis