Categories
Jam Istirahat

Coldplay Hadir, Rakyat Pekerja ‘Ketar-ketir’

Tulisan ini ingin menanggapi isu trending di sosial media tentang grup band populer yang sudah menentukan jadwal konser tunggalnya di Indonesia. Tebakan kalian benar, band itu adalah Coldplay.

Sayangnya, saya bukan termasuk dari jutaan penggemar yang menikmati, apalagi dapat fasih mendendangkan karya-karya mereka. Jadi memang, saya bukanlah salah satu yang terseret ke dalam pusaran gelombang Fear of Missing Out (FOMO) dan peperangan memperebutkan tiket, yang konon harganya menembus belasan juta rupiah.

Namun saya berusaha untuk mencocoklogikan fenomena konser Coldplay dengan kondisi kelas pekerja, yang mungkin banyak di antara mereka menjadi die hard fans dari band Coldplay ini (Coldplayers).

Pertama kali mengetahui Coldplay sekitar awal tahun 2000-an, saat video clip mereka mereka sudah sering seliweran di MTV Indonesia yang nempel di kanal ANTV atau Global TV. Lagu “In My place” menjadi tembang andalan di tahun-tahun debut mereka.

Lagu “In My Place” berhasil tertanam di alam bawah sadar saya oleh sebab riff-nya yang easy listening dan terdengar enak. Namun, waktu itu saya tidak paham isi liriknya, sehingga yang ada di pikiran saya adalah memelesetkan bunyi melodi intro gitarnya dengan lirik lagu Doel Sumbang “Somse”,

Somse, alah meni somse

Eneng, meni somse

Sombong sekali

Coba nyanyikan lirik lagu itu dengan intro lagu In My Place.

Lama tak melihat perkembangannya, tahun 2023 grup musik asal Inggris ini kembali menggemparkan seisi jagat maya. Coldplay telah mengonfirmasi jadwal konser di Indonesia pada 15 November 2023 mendatang di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Indonesia. Pengumuman tersebut disampaikan melalui akun Twitter resmi Coldplay (@coldplay), Selasa (9/5/2023).

Asia & Australia dates announced for November 2023,” tulis Coldplay.

Tapi konfirmasi itu juga yang membuat konser Coldplay di Indonesia menjadi janggal. Pasalnya, mungkin kita ingat di tahun 2017 Coldplay pernah membatalkan konsernya dengan alasan permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Band Coldplay ini selain populer juga sangat peduli mengampanyekan isu-isu lingkungan. Bisa dibilang band ini dikenal cukup punya sikap politik.

Lalu, apakah itu berarti masalah kerusakan ekologi di Indonesia sudah terselesaikan sehingga Coldplay mau menggelar konser di Indonesia? Apakah Chris Martin dan rekan-rekan Coldplay mengetahui bahwa masih ada konflik lahan di Kulonprogo, di Desa Wadas, di Desa Pakel Banyuwangi, pembangunan PLTU batu bara di sepanjang utara pulau Jawa, dan tidak ketinggalan banyak gunung-gunung api aktif yang dilubangi untuk pembangunan geothermal?

Saya pikir, mungkin band setenar Coldplay tidak mengetahui masalah-masalah kerusakan lingkungan di Indonesia yang semakin hari yang semakin buruk. Mungkin mereka juga tidak sampai hati untuk absen menggelar konser di Indonesia, karena masih banyak orang seperti saya yang tidak tahu lagu-lagu mereka dan sempat tertipu oleh guyonan seorang kawan yang pernah bilang kalau Chris Martin masih punya hubungan keluarga dengan Roy Marten dan Gading Marten.

Tiket Coldplay, upah buruh di Indonesia, hingga jebakan Pinjol

Kembali lagi ke urusan konser, promotor konser PK Entertainment dan TEM Present mengumumkan melalui sosial media harga tiket konser Coldplay di Indonesia. Harga Tiket dibanderol mulai dari Rp800 ribu – hingga Rp11 juta, tentu saja benefit yang didapatkan juga berbeda. Tentu saja penonton yang membeli tiket Rp11 juta akan mendapatkan pengalaman yang lebih; mulai dari akses yang eksklusif sampai dengan mendapatkan waktu tatap muka bersama sang idola, ditambah lagi merchandise yang khusus bagi penggemar yang rela merogoh kocek sedalam itu.

Lalu bagi penonton yang hanya mampu membayar tiket seharga Rp800 ribu tidak usah kuatir, anda masih bisa menyimak aksi panggung Chris Martin dkk. langsung dari venue konser, dengan jarak pandang yang terbatas. Mungkin kelas ini dibuat khusus bagi mereka yang ingin memberi makan ego melalui update “stories” (Instagram dan Whatsapp Story) di masing-masing akun media sosialnya, lumayan-lah kelihatan bagian sampingnya doang.

Ada yang bilang konser Coldplay bukanlah event bagi kaum ‘mendang-mending’, yang artinya gelaran ini bukan diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak cukup berani mengeluarkan uang untuk membeli tiketnya dari harga paling murah, menengah, sampai ke yang paling mahal. Perkara bakal pelanga-pelongo akibat tidak hafal lagunya, itu urusan belakangan.

Lantas bagaimana para fans Coldplay yang berasal dari kelas pekerja? Apakah mereka masih bisa menikmati aksi panggung Chris martin dkk.? Karena belum tentu Coldplay akan rutin mengadakan konser di Indonesia, apalagi konser di hajatan Pernikahan Haji Duloh, Sang Juragan Empang. Oh tentu saja banyak jalan menuju Parongpong.

Kedatangan Coldplay ini merupakan momentum bagi para penjaja utang semacam aplikasi Pinjaman Online (Pinjol) yang sebelumnya telah banyak menjerat korban dan terjerumus dalam skema utang yang berdampak pada pemiskinan secara struktural.

Sialnya CEO perusahaan start up yang sudah tolol dan jahat menyediakan cicilan bunga 0% bagi buruh di perusahaannya yang hendak menonton Coldplay. Pembayarannya mudah, tinggal dipotong lewat gaji bulanan saja. Familiar dengan praktik seperti ini? Ya, apa bedanya CEO perusahaan start up tersebut dengan pemilik pabrik yang seenak jidat main potong upah dengan alasan-alasan yang tolol.

Kecurigaan saya semakin meningkat meskipun belum terbukti benar, apakah momentum datangnya Coldplay ke indonesia ini juga berpotensi memunculkan banyak bos-bos mesum yang menggunakan relasi kuasanya untuk mengajak staycation kepada buruh-buruh perempuan agar, selain naik pangkat, juga bisa nonton konser Coldplay? Sungguh durjana jika hal tersebut betul-betul terjadi.

Harga tiket Coldplay yang paling murah seharga Rp800 ribu setara dengan biaya kos-kosan buruh di kawasan industri baru di Brebes dan Pekalongan, Jawa Tengah. Sedangkan rata-rata UMK di Jawa Tengah kurang lebih Rp2 juta. Artinya, 40% dari konsumsi upah buruh Jawa Tengah telah habis digunakan jika dirinya harus membeli tiket konser Coldplay dengan kasta yang paling rendah. Sementara untuk tiket dengan harga Rp11 juta, kita harus menukarnya dengan upah 5 orang buruh di Pekalongan tahun 2023, yang besarannya adalah Rp2,3 juta/bulan.

Menonton dan menyukai konser tidak ada salahnya, apalagi kalau artis atau musisi yang kita sukai kemudian mampir dan mengadakan konser di kota kalian. Sikap hati-hati diperlukan, jangan sampai kita menjadi korban di tengah-tengah orang yang punya kuasa menindas makhluk lainnya. Kalau penindasan itu sudah terjadi, ya jangan lupa dilawan saja!

Tulisan ini bukan untuk melarang Coldplay untuk konser di Indonesia selayaknya statement yang disampaikan oleh kaum sesat pikir yang menolak kedatangan Coldplay dengan alasan lirik lagunya tentang kristenisasi dan sikapnya yang mendukung LGBTQ.

Kita tidak harus ikuti mereka, sudah pasti mereka jelek dan tidak keren sejak awal.

**

Penulis: Rifqi Zulfiqar

Editor: Dedi Muis