Categories
Editorial

Pengurus Serikat Bergelimang Harta, Anggotanya Nelangsa

“Kalau ada masalah di tempat kerja. Kita harus selesaikan baik-baik, gak boleh cakar-cakaran sama bos kita. Ibarat keluarga aja, perusahaan dan negara orang tua kita, kita adalah anaknya.”

Hayoo, siapa yang tidak asing dengan kalimat mutiara di atas? Angkat tangannya dalam hati aja

Entah siapa yang mempopulerkan mantra dari kalimat pertama itu. Lazimnya, orang yang akan mengatakan kalimat pertama adalah pengurus negara bagian perburuhan. Tapi percaya atau tidak, ada pula beberapa serikat buruh menggunakan mantra itu kepada anggotanya ketika badai pemecatan, pabrik kabur, penunggakan upah, dan pelanggaran hak-hak buruh terjadi. 

Lho kok bisa? Tentu saja bisa. Karena beberapa serikat buruh (baca: busuk) dapat menyaru sebagai makelar kasus atau, mereka, sama sekali tidak mau menangani kasus. Sulit membedakan jenis serikat seperti ini, yang jelas serikat busuk akan culas terhadap anggotanya.

Mudah sekali melacak jenis mereka. Serikat busuk ini memiliki pengurus yang hobi makan satu meja dengan majikan atau anggota dewan. Biasanya mereka akan pergi secara mengendap-ngendap, tanpa diketahui anggota serikat, pergi menuju lokasi pertemuan yang telah ditentukan. Di sana, mereka berpura-pura melakukan negosiasi terkait kasus buruh di dalam tempat kerja. Tujuannya bukan untuk memenangkan tuntutan buruh, tapi untuk menaikkan harga tawar sejumlah uang yang didapat untuk kantong pribadi.

Cerita lain yang tak kalah menakjubkan adalah pengurus serikat buruh ini mendadak bergelimang harta. Tiba-tiba menaiki mobil Toyota Fortuner dan membeli rumah baru yang cukup bagus. 

Jika tidak ada urusannya dengan uang, dia emoh mengetahui masalah anggota serikatnya yang terjerat utang pinjaman online (pinjol), menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), maupun masalah lain di luar tempat kerja. Pemimpin serikat busuk akan berdalih itu bukan urusan di tempat kerja dengan ucapan “Silakan urus sendiri!” 

Malaikat juga tahu serikat buruh sejati tidak akan memisahkan masalah di dalam maupun di luar tempat kerja. Bagi serikat buruh sejati, keseluruhan masalah yang dihadapi kelas buruh merupakan persoalan kemiskinan akibat operasi sistem kapitalisme, patriarki, rasisme, dan lainnya.

Seluruh persoalan haruslah menjadi bahan diskusi dan dicari jalan keluarnya bersama-sama. Bukan membiarkan anggota serikatnya nelangsa ditelan masalah. Lalu berjabat tangan dengan lawan dan memperkaya diri sendiri. Ceilaah ~

***

Penulis: Baskara Hendarto

Editor: Dedi Muis