“Ayo,
Kawanku.
Lekas naik,
Keretaku tak berhenti lama.”
(Kereta Apiku, Saridjah Soedibjo)
Selepas remaja Ratri meninggalkan kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah. Untuk “…membantu ekonomi keluarga,” dia mengiyakan ajakan teman sekampung untuk bekerja pada sebuah keluarga di Bandung sebagai pekerja rumah tangga (PRT). Saat itulah, awal 2000-an, Ratri untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Stasiun Kereta Api Kiara Condong, Bandung.
Beberapa kali berganti majikan, pekerjaan rumah tangga membawa Ratri hingga ke Bogor, Jakarta, bahkan Lampung. Sesudah beberapa tahun berkelana ke kota-kota yang jauh, Ratih menemukan jodohnya justru di kampung halamannya sendiri, pada suatu kesempatan pulang kampung ke Kebumen. Kodir, suami Ratri, juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Bandung.
Jika Ratri tiba di Bandung karena ajakan teman, Kodir menemukan pekerjaan di kota melalui yayasan penyalur tenaga kerja. Sepengetahuan Ratri, memang banyak orang dari sekitar kampungnya yang dikirim untuk bekerja di kota-kota besar melalui yayasan penyalur.
Sebagaimana pengalaman Ratri, pada masa lalu informasi tentang kesempatan kerja di kota dapat diperoleh semata-mata melalui jaringan pertemanan biasa. Melalui informasi dari mulut ke mulut yang beredar di antara teman, kenalan, atau sanak-saudara. Belakangan, berkembang cara yang lebih baru. Kemudian bermunculan yayasan yang memasok tenaga kerja untuk pabrik, toko, gudang, dan rumah tangga di kota-kota besar. Yayasan semacam ini pula yang semakin diandalkan oleh keluarga-keluarga di kota kelimpungan dengan pekerjaan rumah tangganya.
Meski menyebut dirinya yayasan, terkesan seperti badan amal yang tidak mencari untung, yayasan penyalur tenaga kerja sebenarnya beroperasi jelas-jelas sebagaimana layaknya badan usaha atau perusahaan. Mereka tepatnya adalah agen tenaga kerja biasa. Pada liputan kali ini, Trimurti.id menyambangi beberapa ‘yayasan’ yang selama ini sudah mengantarkan calon-calon PRT ke sekian banyak rumah tangga di Bandung Raya.
Jalan Babakan Sari III, terletak kurang dari 300 meter dari Stasiun Kereta Api Kiaracondong, Bandung. Ruas jalannya sedikit berkelok dan terhitung sempit. Dikepung pemukiman padat, pada siang hari lalu-lintasnya cukup sibuk. Uniknya, di ruas jalan itulah berkantor tak kurang dari delapan yayasan penyalur PRT. Satu sama lain jaraknya berdekatan. Salah satunya adalah Yayasan Sosial Purna Karya (YSPK, cabang 2).
Sejak 2002, berdua dengan suaminya, Sri Mujiati menjalankan YSPK. Boleh dikatakan, Sri melanjutkan usaha orang tuanya, YSPK cabang 1, yang sejak 1971 membuka kantor di dekat Stasiun Kereta Api Bandung. Sri dan suaminya sengaja membuka kantor di dekat Stasiun Kiara Condong. Sebab, Stasiun Kereta Condong merupakan tempat pemberhentian kereta api kelas ekonomi dari Jawa Tengah dan Timur menuju Bandung.
YSPK tidak hanya menyalurkan PRT. Juga perawat bayi (baby-sitter), pelayan toko, dan supir pribadi. Sri menuturkan, banyak orang lebih memilih calon PRT yang berasal dari beberapa wilayah di Jawa Tengah. Itu sebabnya, YSPK terutama menyalurkan calon PRT antara lain dari Kebumen, Banyumas, Brebes, dan Cilacap.
Di berbagai kota kecamatan di Jawa Tengah YSPK mengerahkan agen-agen, untuk mencari orang yang berminat menjadi PRT. Sesudah terkumpul sejumlah orang, YSPK membawa mereka ke Bandung. Selanjutnya, YSPK memberikan pengarahan dan melatih calon PRT untuk melakukan tugas-tugas seperti menyapu, menyuci, melipat pakaian dengan benar.
Sri mengungkapkan YSPK mendidik calon PRT untuk, bukan sekedar menunaikan tugasnya, tapi juga untuk selalu patuh terhadap majikan, selalu beribadah kepada Tuhan, dan bersyukur karena telah mendapatkan pekerjaan. Selepas pelatihan dan pembekalan ini, seluruhnya berlangsung selama tiga hari, barulah calon PRT disalurkan ke majikan. Selama beberapa tahun ke belakang YSPK telah menyalurkan PRT ke wilayah Bandung, Jabodetabek, bahkan sampai ke Jawa Timur.
Kalau berminat menjadi PRT, tentu ada syaratnya. Calon PRT harus memiliki e-ktp dan fotokopi kartu keluarga. Tapi, Sri menekankan, syarat utamanya adalah niat untuk bekerja. Menurutnya, yayasan ini bukan hanya menyalurkan tenaga kerja, tetapi juga membantu orang-orang yang membutuhkan pekerjaan.
Selanjutnya, yayasan akan membuat surat perjanjian dengan calon majikan. Dan, calon majikan juga dikenakan beberapa syarat, yaitu menyertakan kartu identitas dan melunasi biaya ‘administrasi.’ Maksudnya, calon majikan harus mengganti seluruh biaya yang sudah dikeluarkan untuk mencari calon PRT, membawanya ke kota tujuan, belanja makan-minum dan akomodasi selama tiga hari pelatihan di Bandung, dan tentunya plus keuntungan yayasan.
Sejauh ini YPSK masih terutama menggunakan cara lebih lama untuk memasok PRT. Pada perkembangan lebih terkini, beberapa penyalur mulai bekerja sama dengan websites atau mikroblog tertentu yang khusus menawarkan jasa PRT. Beberapa di antaranya adalah: www.pembantu.com, dan jasapembanturumahtanggajabodetabek.blogspot.com. Kata yang digunakan masih ‘pembantu,’ bukan ‘pekerja.’ Teknologi informasinya sudah modern, tapi istilah yang digunakan masih terbelakang.
Yayasan Dua Putra Abadi (YDPA), beralamat di jalan Jatinegara, Batununggal, Bandung, memanfaatkan facebook bahkan membangun website-nya sendiri. YDPA mendapatkan tenaga kerja dari beberapa kota di Jawa Timur, Jawa Barat, dan lagi-lagi Kebumen dan Cilacap. Mereka menyalurkan PRT, perawat bayi, perawat orang lanjut usia, dan penjaga toko ke seluruh Indonesia. Selain menyediakan PRT tetap, mereka menawarkan tenaga PRT untuk jangka waktu pendek. Misalnya PRT sementara atau pengganti. Saking seringnya mengantarkan orang, lama kelamaan mereka mengembangkan bisnis baru, yaitu layanan transportasi penumpang Bandung-Cilacap-Kebumen.
Tampaknya sudah timbul semacam persaingan bisnis, yang mendorong yayasan-yayasan ini terus melengkapi layanan demi memanjakan konsumennya, yakni keluarga-keluarga yang membutuhkan PRT. Beberapa yayasan bersedia memberikan struktur biaya atas layanannya. Untuk mendapatkan PRT dari YDPA, calon majikan dikenai biaya administrasi Rp. 1,5 Juta. Sementara, upah PRT berada pada kisaran Rp 1,2 hingga Rp. 1, 5 Juta per bulan. YDPA, misalnya, bersedia memberikan masa jaminan (garansi) tiga bulan. Selama masa garansi, majikan yang tidak puas atau tidak cocok boleh minta tukar PRT hingga tiga kali. Beberapa yayasan memberi kesempatan pada calon majikan untuk mewawancarai langsung calon PRT. Untuk lebih memanjakan konsumen, ada pula yayasan yang menyediakan jasa pengantaran PRT ke rumah majikan. Layanan tambahan ini, tentu saja berbayar.
Saat ditemui kembali untuk laporan ini, Ratri tidak lagi bekerja sebagai PRT. Untuk tetap mendapatkan penghasilan, perempuan paruh baya itu menjual aneka penganan gorengan untuk para pedagang kecil, sejak pagi buta hingga tengah hari, di sebuah pojokan di pasar Kiaracondong, Bandung.
Dia enggan untuk kembali menjadi PRT. Alasannya, secara singkat, karena beban kerjanya yang melelahkan. Namun, dia tidak mengijinkan Trimurti.id untuk memuat rincian ceritanya. Yayasan penyalur PRT tak akan peduli akan keluhan Ratri. Mereka hanya tertarik untuk memasok calon PRT yang terampil, patuh, dan taat beribadah; demi memanjakan keinginan para majikan. Tidak pernah terjadi, yayasan penyalur mengajari calon PRT dengan hak-hak pekerja, apalagi hak untuk berserikat.
Dari kejauhan, orang-orang tampak sibuk lalu-lalang di Stasiun Kereta Api Kiaracondong. Karena stasiun itu tetap setia menyambut mereka yang datang dari jauh.
Reporter: Ibrahim Al-Katiri
Editor: Sentot