Pada Maret 2024, terjadi dua protes di Inggris Raya guna memprotes genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina. Dalam dua aksi protes yang berlangsung pada tanggal 20 dan 24 Maret 2024 tersebut, massa aksi menutup museum serta pabrik pemasok senjata Israel.
Dikutip dari newarab.com, aksi penutupan pabrik yang berlangsung pada Rabu 20 Maret 2024—di Leonardo UK, Edinburgh, Skotlandia dan GE Aviation, Cheltenham, Inggris—bertujuan untuk mengganggu aliran senjata ke Israel yang sedang disiapkan untuk melakukan invasi darat ke Rafah, serta untuk mendesak pemerintah Inggris guna mendukung gencatan senjata yang segera dan permanen.
Hal ini merupakan respon terhadap pernyataan pemerintah Kanada pada hari Selasa, bahwa mereka akan menghentikan penjualan senjata ke Israel di masa depan, setelah sebelumnya mengurangi pengiriman senjata ke Israel menjadi peralatan yang tidak mematikan, seperti radio.
“Kami menuntut pemerintah untuk mengikuti jejak Kanada dengan segera menghentikan pasokan senjata ke Israel sebelum Israel melancarkan serangan di Rafah dengan menggunakan bom-bom buatan Inggris,” terang salah satu buruh bernama Zad kepada newarab.com.
Pabrik-pabrik di Inggris rupanya tak hanya memproduksi bom bagi Israel untuk melakukan genosida di Palestina. Masih dari sumber yang sama, Campaign Against Arms Trade (CAAT) menemukan bahwa 15 persen dari setiap komponen F-35 yang digunakan Israel dalam perang di Gaza, dibuat oleh perusahaan-perusahaan dalam industri senjata Inggris, yang diperkirakan telah menghasilkan setidaknya 336 juta poundsterling sejak tahun 2016.
Para anggota serikat buruh yang mengikuti aksi bersepakat untuk menghentikan produksi komponen-komponen tersebut sebagai bentuk protes terhadap genosida yang berlangsung di Gaza.
“Kami tidak menyalahkan para pekerja di lokasi-lokasi ini. Kami menyalahkan para bos yang memutuskan untuk menjual komponen-komponen ini kepada Israel sehingga dapat digunakan dalam genosida yang sedang berlangsung,” pungkas demonstran tersebut kepada newarab.com
Serukan Boikot, Energy Embargo for Palestine Tutup Museum di Inggris
Dikutip dari theguardian.com, British Museum menutup kunjungan museum pada Minggu sore (24/03/2024) ketika ratusan massa aksi berkumpul di luar untuk mendesak museum agar segera mengakhiri kemitraannya dengan BP, serta menuntut mereka untuk menarik hubungan dengan konflik di Gaza.
Sumber foto: Zuma Press/Alamy Live News
Masih dari sumber yang sama, British Museum, yang diketuai oleh mantan kanselir Partai Buruh, George Osborne, menandatangani kerjasama senilai 50 juta poundsterling untuk jangka waktu 10 tahun dengan BP, tahun lalu. Kesepakatan ini dimaksudkan untuk mendanai pembangunan kembali gedung Bloomsbury yang ambisius, namun hal ini memicu kritik keras dari para pegiat iklim.
Sebagaimana dijelaskan oleh aa.com, BP—dahulu dikenal sebagai British Petroleum—merupakan sebuah perusahaan minyak dan gas multinasional Inggris yang bekerja sama dengan Israel untuk mengeksplorasi gas alam di lepas pantai Gaza.
Sebuah kelompok protes baru di Inggris, yang menamai dirinya Energy Embargo for Palestine, menyerukan kepada masyarakat untuk memboikot British Museum selama mereka masih menerima sponsor dari BP.
Dalam pernyataannya di Twitter, salah satu massa aksi dari Energy Embargo for Palestine mengatakan “Jika kita ingin mengakhiri proyek kolonial pemukim genosida ini, tidak hanya (cukup) melalui sanksi yang kita harapkan dari pemerintah Inggris akan menghentikan penjualan senjata kepada Israel. Tetapi, para pekerja yang bersatu (perlu) mengakui bahwa tenaga kerja mereka tidak boleh digunakan untuk melakukan genosida terhadap siapa pun.”
Reporter: Abdul Harahap
Editor: Nana Miranda