Trimurti.id, Jakarta–Jumat 8 Maret 2024, ratusan massa yang tergabung dalam Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) melakukan pawai dalam rangka memperingati International Womens Day (IWD) atau Hari Perempuan Sedunia. Pawai yang berlangsung sejak pukul 12:00 WIB ini berawal dari Kantor International Labour Organization (ILO) di Jl. M.H. Thamrin dan berakhir di Istana Merdeka pukul 17:00 WIB. Melalui rilis mereka, GEBRAK menyerukan kepada seluruh elemen gerakan rakyat pada hari perempuan sedunia kali ini untuk menolak politik dinasti dan melawan rezim oligarki.
“Penindasan perempuan berakar pada kapitalisme, dampaknya, tak hanya membentuk sistem ekonomi politik eksploitatif tetapi juga menggunakan gagasan patriarkis untuk membangun struktur hierarki kuasa yang disusun berdasarkan identitas gender, ras, kelas, disabilitas dan agama,” tulis GEBRAK dalam rilis mereka.
Menurut GEBRAK, strukur hierarki kuasa yang digunakan untuk menindas peremuan tersebut juga diformaliasasi melalui berbagai institusi international seperti Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF), serta berbagai perjanjian ekonomi atau perdagangan antarnegara. Kekuatan inilah yang menurut GEBRAK dibarengi kelindan kepentingan antara korporasi besar dengan negara dan aparat bersenjatanya.
Penggunaan aparat bersenjata inilah yang hadir dalam invasi pendudukan di Palestina dan Ukraina yang menyebabkan genosida di negara tersebut. Melalui data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang disinggung oleh GEBRAK dalam rilis mereka, diketahui hingga 29 Februari 2024, terdapat 30 ribu masyarakat sipil yang tewas, dengan 70% diantaranya adalah perempuan dan anak-anak (UN Women). Hal serupa juga terjadi di Ukraina akibat dari invasi Rusia yang berambisi untuk menguasai wilayah tersebut. Di tengah kekerasan dan penindasan yang mereka alami, perempuan menjadi aktor penting dalam gerakan melawan penjajahan.
Selain permasalahan tersebut, GEBRAK juga mengulas permasalahan lain sepangjang 10 tahun periode Jokowi berkuasa diantaranya: Pelanggaran HAM, Pengingkaran Reformasi dan Masalah Perburuhan, Kemunduran Demokrasi, Kriminalisasi Aktivis dan Rasisme Papua, Kekerasan Seksual dan Diskriminasi LGBT, Permasalahan dan Komersialisasi Pendidikan, Kenaikan Harga Bahan Pokok, serta Pemilu Curang dan Persekongkolan Para Elit Politik.
Terakhir GEBRAK menyampaikan bahwa eksploitasi dan penindasan yang terjadi secara Internasional dan Nasional di berbagai sektor itu, pada akhirnya mempertahankan dan memperparah penderitaan kaum perempuan dan rakyat. Peranan perempuan yang kerap dimarjinalisasi, labelisasi, kontrol dan kekerasan seksual, komodifikasi, pembebanan kerja ganda, dan feminisasi kemiskinan menunjukkan betapa rentan kehidupannya di bawah epos produksi kapitalisme yang kawin silang dengan budaya patriarki.
Namun, menurut GEBRAK sepanjang perempuan bersama rakyat tertindas dapat bersatu–berbagi pengalaman, belajar, dan berjuang menghancurkan relasi kapitalisme dan patriarki yang membelenggunya–pintu kesetaraan dan keadilan gender yang dicita-citakan perempuan akan semakin terbuka lebar.
Untuk itu, GEBRAK menyerukan agar kaum perempuan dan seluruh rakyat Indonesia untuk segara mengkonsolidasi diri. Membangun persatuan gerakan rakyat yang juga membangun kekuatan politik persatuan rakyat untuk menghancurkan rezim oligarki.
Reporter: Abdul Harahap
Editor: Eliah Warobay